Liputan6.com, Jakarta Pada umumnya, perpustakaan identik sebagai tempat membaca dengan suasana sunyi dan tentram. Tak jarang, suara desit pintu pun akan membuat pengunjung perpustakaan menengok ke sumber suara secara bersamaan. Meski ada pula yang cuek dan memilih tidak mau tahu dengan kejadian di sekitar.
Baca Juga
Advertisement
Namun, bagaimana jadinya jika perpustakaan dibuat di sebuah becak yang berkeliling di tengah kota? Ya, seorang kakek tua bernama Sutopo asal Yogyakarta menciptakan Becak Pustaka yang sangat inspiratif itu.
Seorang Pensiunan PNS TNI AD
Mbah Topo, panggilan akrabnya, adalah seorang pria berusia 72 tahun yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) di TNI Angkatan Darat sejak tahun 2003 silam. Selang satu tahun setelah masa pensiunnya, Mbah Topo memilih untuk berprofesi sebagai tukang becak.
Profesi ini mungkin terdengar berbanding terbalik dengan rekam profesinya dahulu. Namun menurutnya, mengendarai becak melibatkan gerakan mengayuh seperti olahraga yang dapat menyehatkan badan.
Advertisement
Semangat Tinggi untuk Mengedukasi Masyarakat
Motivasi Mbah Topo membuat Becak Pustaka adalah karena dirinya gemar sekali membaca. Meski di usianya yang sudah senja, semangat Mbah Topo untuk mengedukasi masyarakat sangatlah tinggi.
Dikutip Liputan6.com dari brilio.net, Rabu (27/3/2019), Mbah Topo mengaku sedih melihat generasi bangsa yang cenderung merunduk untuk bermain hp, ketimbang memperkaya diri dengan membaca buku. Mbah Topo menjelaskan,
"Karena saya melihat di masyarakat yang setiap hari saya lihat, anak-anak membawa HP. Anak-anak mampirnya ke warnet, bahkan umum juga begitu. Mereka sibuk dengan HP, sehingga mereka melupakan membaca buku. Padahal isi buku sangat bermanfaat, sumber ilmu pengetahuan," ujar Mbah Topo kepada brilio.net.
Alhasil, Mbah Topo memutuskan untuk mendesain becaknya layaknya perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku bacaan. Sembari menunggu penumpang, Mbah Topo selalu menyempatkan diri untuk membaca buku atau koran yang ia miliki.
Punya Jiwa Seni Tinggi
Becak Pustaka miliknya itu baru Ia wujudkan pada 2017 lalu. Sebenarnya, ide tersebut sudah lama terbesit di kepalanya. Namun, ia baru punya waktu untuk merancang becaknya tersebut. Hal lain yang menarik dari Mbah Topo adalah jiwa seninya yang tak kalah dengan semangat membacanya.
Pasalnya, dirinya dulu pernah bersekolah di salah satu akademi seni rupa. Yaitu pada tahun 1969, Ia melanjutkan studinya dari SMA ke ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) mengambil jurusan Reklame Propaganda.
Awalnya, buku yang dimiliki Mbah Topo hanya ada 5. Namun, lambat laut semakin banyak orang yang terinspirasi dari kebiasaan membaca Mbah Topo sehingga banyak buku disumbangkan untuk mewujudkan Becak Pustaka ciptaannya.
Advertisement
Banyak Orang Menyumbangkan Buku
Sumbangan buku pertama berasal dari masyarakat, kemudian Mbah Topo juga mendapatkan buku dari komunitas perpustakaan seluruh Indonesia. Bahkan, perusahaan percetakan dari berbagai daerah di Indonesia pun turut serta membantu mewujudkan impiannya itu.
Sejauh ini, Mbah Topo telah memiliki lebih dari 200 buku. Namun, tidak semuanya ia taruh di Becak Pustaka. Hanya 100 buah buku yang ia sediakan bagi para penumpang untuk membaca. Menurutnya, 100 buku tersebut sama beratnya dengan 1 penumpang.
Meski demikian, tidak menjadi penghalang bagi Mbah Topo untuk terus membangun kebiasaan membaca masyarakat. Dengan hadirnya Becak Pustaka, masyarakat diharapkan semakin melek pengetahuan dan terhindar dari pengaruh buruk hp.