Liputan6.com, Tokyo - Seorang WNI menjadi korban penusukan oleh orang tidak dikenal di Sano, prefektur Tochigi, Jepang, 17 Maret 2019 sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Korban diketahui bernama Tri Eko Muzakir Rahman asal Cilacap.
Korban berada di Jepang karena tengah mengikuti program magang.
Advertisement
Menurut pengakuan, korban tidak mengenal orang yang menyerangnya dengan senjata tajam tersebut. WNI Tri Eko Muzakir Rahmani mengalami luka di bagian muka dan luka serius bagian tangan.
"Kepolisian Tokyo telah berhasil menangkap pelaku dan saat ini masih melakukan penyidikan guna mengungkap motif penusukan tersebut," jelas Lalu Muhamad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dalam keterangan singkatnya, Rabu (27/3/2019).
Sejak memperoleh informasi dari Kepolisian Tokyo, KBRI terus memberikan pendampingan dan bantuan yang diperlukan bagi korban. Kemlu juga telah menghubungi orang tua korban di Cilacap.
Sebelumnya, KBRI Tokyo mendapat laporan adanya seorang WNI yang ditusuk orang tak dikenal di Sano, Jepang. Mereka pun bergegas turun tangan terkait pascamengetahui insiden tersebut.
Dijelaskan oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu Lalu M Iqbal, WNI asal Cilacap, Jawa Tengah, bernama Tri Eko Muzakir Rahman itu ditusuk orang tidak dikenal di kawasan Prefektur Tochigi pada Minggu 17 Maret pukul 12.00 waktu setempat. Ia kemudian mengalami luka serius akibat ditusuk.
Saksikan juga video berikut ini:
Pemukulan WNI
Sebelumnya, seorang WNI mengklaim mendapat perlakuan diskriminasi dan dipukuli oleh seorang penjaga sebuah kelab malam di Korea. Alasannya, karena kewarganegaraannya.
Insiden itu, seperti dikutip dari Asia One, Selasa 5 September 2017, menarik perhatian banyak media sosial selama akhir pekan.
Si wanita diidentifikasi sebagai Jessica Setia. Dia adalah WNI berusia 21 tahun yang tengah bersekolah di Korea selama dua tahun.
Ia menderita luka setebal 0,5 cm di bibir dan memar di dagu akibat terlibat perkelahian dengan penjaga sebuah kelab di Busan sekitar tengah malam Jumat, 1 September 2017.
Setia mengklaim bahwa orang Korea itu kasar. "Ia sangat rasis tanpa alasan...," katanya.
"Mereka membiarkan teman-temanku yang memiliki kewarganegaraan Korea masuk dengan mudah. Ketika giliranku dan rekan dari Indonesia lain, dia mempersulit akses ke dalam kelab," ujar Jessica kepada The Korea Herald.
Kala itu Jessica melihat teman dari Indonesia dengan nama panggilan Gabrielle, didorong oleh penjaga pintu kelab dan kartu identitasnya dibuang ke trotoar. Tak terima dengan pelakuannya, Jessica lalu mendorong pria tersebut.
Perkelahian pun terjadi, mulut Jessica dipukul oleh petugas itu beberapa kali sampai bibirnya robek dan berdarah. Dia pun dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan delapan jahitan.
Gabrielle mengatakan insiden itu terkait dengan etnis.
"Aku terbiasa dengan pandangan rendah terhadap orang Indonesia. Kupikir dia tidak menyukai orang asing sehingga bersikap kasar kepada kami, terutama karena tak berkulit putih," tutur Gabrielle.
"Ketika kami kesal dan menunjukkannya kepadanya, kupikir itu semakin membuatnya marah," imbuh Gabrielle.
Sejauh ini pihak kelab malam mengatakan kepada The Korea Herald bahwa tak ada diskriminasi berdasarkan etnis atau gender malam itu. Mereka pun menyatakan penyesalan atas kritik atas dan argumen sepihak.
"Kelab kami memeriksa identitas semua pelanggan terlepas dari etnis mereka, melalui prosedur yang sama. Tak ada diskriminasi rasial sama sekali," jelas pihak kelab tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Jessica yang pertama kali menggunakan kata-kata kutukan dan melepaskan tinjunya ke penjaga pintu, dan tindakan penjaga untuk membela diri menyebabkan luka di bibirnya," tambah klub tersebut.
Kantor Polisi Seomyeon Busan mengatakan bahwa sebuah penyelidikan sedang dilakukan, dan mereka yang terlibat dipanggil untuk bersaksi.
"Menurut penyelidikan kami, si pria mengklaim bahwa itu adalah serangan dua arah. Karena perkelahian, sisi kiri pipinya bengkak," jelas pihak kepolisian.
"Kami akan menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut hari Senin," kata seorang petugas polisi dari tim yang bertanggung jawab atas investigasi awal kasus tersebut.
Advertisement