Liputan6.com, Loreto - Cuplikan video Paus Fransiskus yang berulang kali menarik tangannya agar tidak dicium oleh antrean panjang orang telah viral, menjadi bagian dari perang budaya Katolik antara konservatif dan progresif.
Menurut laporan The Guardian, Rabu (27/3/2019), video itu, dari kunjungan Paus Fransiskus ke sebuah kuil Katolik di Loreto pada Senin 25 Maret 2019, mendapat reaksi dari para kritikus dan pendukungnya.
Advertisement
LifeSiteNews, sebuah situs web Katolik konservatif, mengkritik aksi Paus Fransiskus yang menarik tangan saat cincin kepausannya hendak dicium. Situs itu menyebut tindakan sang paus "mengganggu" dalam tajuk artikel yang memuat sejarah panjang cincin yang dikenakan para Paus dan arti pentingnya.
Rorate Caeli, situs web bagi para tradisionalis Katolik, mengomentari momen tersebut. "Paus Fransiskus, Jika Anda tidak ingin menjadi Vikaris Kristus, maka keluarlah dari sana!", demikian komentarnya di Twitter.
Penulis biografi kepausan Austen Ivereigh, seorang pendukung Paus Fransiskus, membalasnya: "Dia memastikan bahwa mereka berhubungan dengannya, tidak memperlakukannya seperti peninggalan suci. Dia adalah Vikaris Kristus, bukan kaisar Romawi."
Sementara itu, Imam Jesuit Russell Pollitt mengungkapkan tradisi mencium cincin merupakan warisan monarki. "Sudah saatnya segala kemegahan dihilangkan," tuturnya.
Seorang pakar, Edward Pentin menjelaskan sebenarnya Paus Fransiskus sudah cukup sering melakukannya. Meski tidak terang-terangan seperti di Loreto. Sejumlah pengamat bahkan mengatakan pendahulu Fransiskus, Paus Benediktus XVI dan mendiang Paus Yohanes Paulus II juga tidak suka tangannya dicium.
Potongan video terkait hal tersebut kemudian menyebar luas dengan cepat dan menjadi viral.
Salah seorang warganet mengungkapkan dia pernah diberitahu untuk tidak membungkuk atau mencium tangan saat menemui Paus Yohanes Paulus II.
Cincin Kepausan yang dipakai di jari manis tangan kanan merupakan simbol terkuat otoritas Paus. dan dihancurkan setelah dia meninggal. Sejak dahulu kala, mencium cincin Kepausan seringkali disangkutpautkan dengan nilai politik maupun keagamaan yang cukup signifikan.
Sejauh ini pihak Vatikan tak mengatakan mengapa Paus Fransiskus begitu bersikeras agar cincin perak yang dikenakan di tangan kanannya tak dicium oleh antrean panjang.
"Terkadang dia menyukainya, terkadang tidak. Benar-benar sesederhana itu," kata seorang asisten dekat Paus yang dirahasiakan identitasnya.
Ajudan itu menambahkan Paus Fransikus "terhibur" oleh semua reaksi atas momen yang tengah jadi sorotan tersebut.
Saksikan juga video berikut ini:
Paus Pertama yang Kunjungi Arab
Paus Fransiskus sebelumnya jadi sorotan karena kunjungannya ke Uni Emirat Arab. Ia tiba pada Minggu 3 Februari 2019 menjelang tengah malam waktu setempat.
Kunjungan ini dinilai bersejarah, karena untuk pertama kalinya seorang Paus Katolik berada di semenanjung Arab.
Dikutip dari BBC pada Senin 4 Februari 2019, Paus Fransiskus mendarat di Abu Dhabi, dan langsung disambut oleh Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.
Paus ambil bagian dalam konferensi antaragama, dan pada hari Selasa mengadakan Misa di mana 120.000 orang diperkirakan akan hadir.
Beberapa waktu sebelum datang berkunjung, Paus Fransiskus menyatakan keprihatinan tentang perang di Yaman, di mana Uni Arab Emirat terlibat di dalamnya.
"Populasi (di Yaman) kelelahan akibat konflik yang panjang dan banyak anak-anak menderita kelaparan, tetapi tidak dapat mengakses depot makanan," kata Paus.
"Tangisan anak-anak ini dan orang tua mereka didengar oleh Tuhan," lanjutnya.
Tidak jelas apakah Paus Fransiskus berencana untuk mengangkat masalah ini di depan umum atau secara pribadi saat mengunjungi Uni Emirat Arab.
Pemerintah Abu Dhabi sendiri mengerahkan pasukan di Yaman, sebagai bagian dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
Advertisement