Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan Rehabilitas Jaringan Irigasi Terseier (RJIT) seluas 3,7 juta ha pada periode 2014 – 2019. Program RJIT dilakukan dengan sasaran untuk membangun jaringan irigasi tersier yang kondisinya hampir 50 persen sudah rusak. Juga yang di sekitarnya ada sawah yang diairi, terdapat sumber air, dan ada petaninya.
“Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarkat petani,” ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy, Senin (25/3/2019).
Advertisement
Ia mengatakan, sebagian besar danan untuk RJIT disalurkan melalui sistem swakelola oleh petani. Dengan sistem ini, pembangunan jaringan irigasi dilakukan secara gotong royong atau swakelola. Namun, RJIT juga bisa dikelola oleh pihak ketiga.
“Mayoritas RJIT dilakukan melalui bansos oleh petani. Dengan swakelola oleh petani, jaringan irigasi tersier yang direhabiitasi umumnya lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. (Hasilnya) lebih kuat, lebih bagus volumenya, lebih panjang dari yang ditetapkan, dan mereka merasa memiliki,” ucap Sarwo.
Tambahnya, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan RJIT atau pembangunan embung, bisa mengajukan ke Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota masing-masing.
"Nanti Dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang ujung-ujungnya bisa menyejahterakan petani," kata Sarwo.
Dampak dari program RJIT yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah tersebut pun sudah dirasakan oleh para petani. Ia menjelaskan, efek yang langsung dirasakan petani adalah adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih.
Sarwo melanjutkan, petani tetap memanfaatkan air yang ada pada waktu jeda dengan menanam tanaman lain, seperti palawija atau tanaman hortikultura lain. Juga memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.
“Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien,” ujarnya.
(*)