Persediaan AS Melonjak, Harga Minyak Merosot

Harga minyak merosot usai data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS tumbuh lebih dari yang diharapkan pada pekan lalu.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mar 2019, 05:30 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot usai data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih dari yang diharapkan pada pekan lalu. Hal ini didorong tumpahan bahan kimia di Texas sehingga menghambat ekspor.

Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup melemah 14 sen atau 0,2 persen ke posisi USD 67,83 per barel. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat susut 53 sen atau 0,9 persen ke posisi USD 59,41 per barel.

Persediaan minyak mentah AS naik 2,8 juta barel pada pekan lalu dibandingkan harapan analis untuk penurunan 1,2 juta barel. Hal itu berdasarkan data the US Energy Information Administration (EIA). EIA menyebutkan ekspor minyak mentah turun 506 ribu barel per hari.

"Laporan pasar sedikit bearish. Alasan pasar tidak menganggapnya karena banyak pembangunan di Gulf Coast dan Gulf Coast memiliki masalah dengan Houston Ship Channel," ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (28/3/2019).

Kebakaran tangki petrokimia dan tumpahan bahan kimia pekan lalu di sepanjang Houston Ship Channel menghambat pengiriman minyak mentah selama beberapa hari.

Hal ini mendorong pejabat Texas untuk menuntut pemilik fasilitas penyimpanan. Sentimen ini juga pengaruhi harga minyak.

"Ada kapal yang menunggu di barisan untuk keluar dan ada yang masuk," ujar Donald Morton, Analis H.J Sim and Co.

 

2 dari 2 halaman

Sentimen Lainnya

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Selain itu, gangguan terhadap ekspor Venezuela membantu mengatasi kerugian harga minyak. Selain sanksi AS pada Januari yang melarang penyuling AS membeli minyak Venezuela,  pelabuhan ekspor minyak utama  tidak dapat melanjutkan operasi usai pemadaman listrik yang meluas selama tiga hari.

Harga minyak telah naik sekitar 30 persen dari posisi terendah pada 2018. Ini didukung oleh pembatasan pasokan minyak oleh OPEC dan produsen utama lainnya. Sentimen lainnya juga berasal dari sanksi AS atas ekspor Venezuela dan iran.

Rata-rata produksi minyak dari Rusia mencapai 11,3 juta barel per hari pada Maret. Dibandingkan bulan sebelumnya 11,34 juta. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengatakan, pihaknya berencana untuk mempercepat mengurangi produksi minyak.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya