Masyarakat Indonesia Siap Bertransaksi Nontunai

Studi Visa menyebutkan, 77 persen masyarakat Indonesia akan semakin sering pakai pembayaran non tunai dalam 12 bulan ke depan.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 28 Mar 2019, 12:15 WIB
Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman (Foto:Liputan6.com/Ayu P)

Liputan6.com, Jakarta - Visa Inc. yang merupakan pemimpin pembayaran digital di dunia baru-baru ini merilis sebuah studi yang menyatakan masyarakat Indonesia semakin siap untuk menghadapi masa depan tanpa transaksi tunai.

Berdasarkan studi Consumer Payment Attitudes yang dikeluarkan oleh Visa, mayoritas masyarakat Indonesia terlihat sudah semakin siap untuk menghadapi masa depan tanpa transaksi tunai terlihat dari 82 persen responden yang menyatakan lebih siap berpergian tanpa membawa uang tunai.

"Orang Indonesia tahun ini menjadi lebih pede untuk menuju Indonesia cashless," ujar Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman, di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Visa juga menambahkan, dari 77 persen masyarakat Indonesia akan semakin sering menggunakan pembayaran non tunai dalam 12 bulan ke depan.

Selain itu, 44 persen lainnya juga meyakini masyarakat Indonesia akan membayar nontunai dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.

Angka ini merupakan sebuah peningkatan dibanding hasil studi tahun lalu yang mana mayoritas responden memperkirakan jika masyarakat Indonesia akan mewujudkan pertumbuhan transaksi nontunai dalam kurun waktu 8 hingga 15 tahun mendatang.

"Gaya hidup non tunai dipilih oleh masyarakat Indonesia karena begitu banyak pilihan cara pembayaran yang mudah, mulai dari menggunakan kartu, teknologi nirkontak hingga pembayaran hanya melalui scan kode QR,” tutur dia.

 

 


Alasan Masyarakat Pilih Transaksi Nontunai

Kehadiran Dicatat QR Code, Mahasiswa Sibuk Cari Cara Titip Absen

Riko pun menambahkan alasan mengapa masyarakat Indonesia beralih dari transaksi tunai menjadi nontunai karena ingin proses pembayaran yang lebih cepat dan mudah.

Sebagai tambahan informasi, studi ini dilakukan pada 2018 di delapan negara Asia Tenggara diantaranya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar dan Kamboja yang melibatkan 4.000 responden.

Di Indonesia, respondennya terdiri dari laki-laki dan perempuan berusia 18 tahun ke atas yang telah memiliki pendapatan per bulan mulai dari 3 juta ke atas.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya