Liputan6.com, Jakarta Perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak lepas dari peran para ulama dan habib-habaib. Jejak peran mereka bisa dilihat dari upaya menyelamatkan Pancasila dan NKRI. Juga dalam penciptaan lagu, bendera Merah Putih, dan lambang Burung Garuda.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid, mengajak masyarakat untuk selalu mengingat jasa para ulama dan habib tersebut.
Advertisement
Hal tersebut ia sampaikan dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada ibu-ibu PKK Jakarta Selatan dan Yayasan Munashoroh di Ruang Pola Kantor Walikota Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019). Sosialisasi ini juga dihadiri Ketua PKK Jakarta Selatan, Komariah Marullah.
“Karena itu saya ingin mengatakan, tidak hanya penting Jas Merah yaitu Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, tapi penting pula Jas Hijau, yaitu Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama,” ujarnya.
Kemudian, Hidayat memberi contoh peran para ulama dan habib-habaib dalam perjuangan Indonesia. Dia memberi contoh lagu Mars Hari Merdeka dan Hymne Syukur. Kedua lagu itu diciptakan oleh seorang ulama dan habib, yaitu H. Mutahar yang nama lengkapnya adalah Habib Muhammad Bin Husein Al-Mutahar. Hidayat kemudian mengajak peserta Sosialisasi Empat Pilar MPR untuk menyanyikan kedua lagu itu.
“Kedua lagu itu memperlihatkan hubungan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Misalnya, lagu Syukur yang diciptakan pada tahun 1946 dimaksudkan agar umat Islam mensyukuri karunia Allah yang luar biasa. Kedua lagu yang diciptakan Habib Mutahar dalam rangka mensikapti negara Indonesia,” ucapnya.
Hidayat juga menceritakan usul warna bendera nasional Merah Putih. Menurutnya, salah satu orang yang mengusulkan warna bendera Indonesia adalah Habib Sayid Idrus Salim Al Jufri. Nama pahlawan nasional ini kemudian menjadi nama Bandara Internasional di Palu, Sulawesi Tengah.
“Habib Sayid Idrus Salim Al Jufri bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad. Dalam mimpi itu dikatakan jika Indonesia merdeka, benderanya Merah Putih. Mimpi itulah disampaikan kepada Bung Karno,” kata Hidayat.
Selain itu, lambang Burung Garuda juga diciptakan oleh seorang habib yang juga sultan Kesultanan Pontianak, yaitu Al Habib Syarif Abdul Hamid Alkadrie. Ketika itu Bung Karno membuat sayembara tentang lambang negara dan Habib Syarif Abdul Hamid Alkadrie memenangkan sayembara itu.
“Dari semua itu bisa disimpulkan bahwa para habib dan ulama memperjuangkan Indonesia dengan cara menciptakan lagu, bendera, dan lambang negara. Namun, sekarang kadang-kadang ke-Islaman kita seolah-olah ada barrier dengan Indonesia. Banyak orang yang tidak tahu bahwa Indonesia adalah juga warisan perjuangan para habib,” ujar Hidayat.
Ia melanjutkan, para ulama juga berperan besar dalam menyelamatkan Pancasila dan NKRI ketika Indonesia dipecah menjadi 16 negara bagian atau serikat (Republik Indonesia Serikat). Indonesia kembali menjadi NKRI dari RIS atas peran Ketua Fraks Partai Masjum di DPR RIS M. Natsir dengan Mosi Integral.
Penyelamatan Pancasila terlihat dari penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Empat tokoh umat Islam, yaitu KH Wahid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Mr. Teuku Mohammad Hasan.
“Ketuhanan Yang Maha Esa adalah akidah atau tauhid. Akhirnya semuanya bisa menerima. Indonesia selamat dari perpecahan,” ucap Hidayat.
(*)