Liputan6.com, Beijing - Cangkul yang diayun Yang Zhifa mengenai benda misterius. Penasaran, petani asal Desa Xiyang, China tersebut memeriksa apa gerangan benda keras yang tertutup timbunan tanah itu.
Ia mengira, itu adalah perunggu, yang bisa dijual dengan harga setara beberapa bungkus rokok. Menggunakan palu, Yang Zhifa mematahkan sebagian untuk dibawa kembali ke desa. Ternyata, itu adalah kepala patung, berwarna abu-abu, ukurannya mirip orang dewasa.
Advertisement
Kala itu, ia dan delapan warga desa lain sedang menggali sejumlah titik untuk menemukan sumber air. Mereka ingin membuat sumur. Di lokasi yang sama juga ditemukan sejumlah senjata berbahan tembaga, serpihan patung, dan ubin lantai kuno.
Tak disangka, apa yang didapat para penggali sumur pada 29 Maret 1974 mengarah pada temuan yang lebih besar: mausoleum atau makam raksasa kaisar pertama China, Qin Shi Huang dan ribuan patung prajurit terakota, lengkap dengan gambaran baju zirah.
Setidaknya ada 8.000 patung prajurit terakota yang ditemukan. Masing-masing patung memiliki karakteristik unik dan ditempatkan berdasarkan pangkat.
Seperti dikutip dari nationalgeographic.org, kebanyakan prajurit memiliki tinggi lebih dari 2 meter dan berat sekitar 272 kilogram. Mereka bertugas menjaga makam megah sang kaisar yang konon dipenuhi harta karun yang tak ternilai harganya yang tak tersentuh selama 2.200 tahun. Bahkan, kubah makam kabarnya bertatahkan permata.
Namun, legenda menyebut, makam Qin Shi Huang yang diduga terdiri atas tiga tingkat, dipenuhi jebakan dan senjata mematikan, dari busur panah hingga kolam berisi merkuri beracun. Murka sang kaisar akan menimpa mereka yang bernyali mendekati tempat peristirahatan terakhirnya.
Sebelum potensi kemalangan itu terjadi, kabar menyebut, kutukan telah menimpa para petani yang menemukan keberadaan patung prajurit terakota dan mengarahkan ke makam penguasa di China itu.
Saksikan juga video berikut ini:
Kutukan
Salah satu petani bernama Wang Puzhi menderita sakit parah. Namun ia tak punya uang untuk beli obat atau berobat ke dokter.
Suatu hari, saat seluruh keluarganya keluar rumah, ia melilitkan tambang di lehernya. Mengakhiri hidupnya di usia 60 tahun.
Seperti dikutip dari South China Morning Post, tak hanya Wang yang menderita. Para penggali sumur lain juga merasa, prajurit terakota yang mereka temukan lebih membawa kutukan, alih-alih keberuntungan.
Di satu sisi, keberadaan prajurit terakota membawa jutaan turis asing ke Xian di barat laut China. Banyak pengusaha dan pejabat lokal yang kecipratan rezeki.
Namun, para penggali sumur, juga penduduk desa lain mengaku kehilangan tanah pertanian milik mereka yang lantas diklaim pemerintah. Warga kehilangan mata pencaharian.
Rumah-rumah warga digusur, diratakan dengan tanah, dengan sedikit atau bahkan tanpa kompensasi. Di atasnya kemudian didirikan ruang pameran, juga toko-toko suvenir. Desa mereka, dengan sejarah 2.000 tahun, telah binasa.
Tiga tahun setelah Wang bunuh diri pada tahun 1997, dua penggali sumur termuda, Yang Wenhai dan Yang Yanxin meninggal dunia dalam kondisi menyedihkan. Tak punya pekerjaan dan tidak punya uang. Mereka tak mampu berobat. Dokter belum sempat mendiagnosis penyakit mereka. Keduanya berpulang pada usia 50 tahun.
Pada 2005, yang tersisa dari kelompok petani penggali sumur itu -- Yang Quanyi, Yang Peiyan, Yang Zhifa, Yang Xinman,dibayar sekitar 1.000 yuan per bulan untuk duduk di toko-toko suvenir resmi dan menandatangani buku foto untuk turis yang antre untuk melihat prajurit terakota.
"Para pejabat dan pengusaha telah menghasilkan banyak uang dari para prajurit terakota, tetapi bukan kami," kata Yang Quanyi. "Kami tidak mendapat apa-apa dari penemuan itu."
Advertisement