Liputan6.com, Jakarta - Startup alias perusahaan rintisan memang semakin menjamur di industri Tanah Air.
Fenomena yang telah menjadi tren bisnis digital ini pun membuktikan kalau startup mencetak inovasi dari SDM (sumber daya manusia) Indonesia dari berbagai lapisan, baik itu kalangan kampus maupun masyarakat biasa.
Dengan peluang besar tersebut, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) pun mengadakan program akselerasi dan pendanaan startup.
Menariknya, Kemristekdikti ternyata sudah mencetak sekitar 1.200 startup lokal selama beberapa tahun terakhir. Startup tersebut berasal dari sektor pangan, kesehatan, energi, transportasi, dan beberapa lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, keberhasilan skema pengawalan serta pengayaan produk riset dan teknologi yang dilakukan ke berbagai kalangan, harus terus dipertahankan dan disosialisasikan ke masyarakat.
"Semua inovasi yang kami inisiasi dan dukung adalah bukti dari peningkatan kualitas SDM dan dukungan berbagai pihak, termasuk swasta nasional," kata Nasir di ajang temu media di Jakarta, Kamis malam (28/3/2019).
"Karya yang banyak dihasilkan generasi milenial kita kebanyakan berasal dari niatan menjawab, bukan hanya kebutuhan industri tetapi justru banyak yang berawal dari praktik kehidupan masyarakat sehari-hari," tambahnya.
Upaya menyaring startup lokal ala Kemristekdikti bisa dibilang berbeda dengan akselerator lain pada umumnya.
Pasalnya, proses seleksi startup menjadi 1.200 startup selama beberapa tahun terakhir bukanlah hal mudah.
Pada 2015, Nasir mengungkap cuma ada 52 startup yang berhasil mereka saring.
Kemudian pada 2016, jumlahnya meningkat hingga 312. 2017 naik menjadi 660 startup, lalu pada 2018 menjadi 950 startup, dan barulah pada 2019 menyentuh angka 1.200 startup.
Adapun proses seleksi startup dilakukan secara ketat dengan menyaring kalangan perguruan tinggi dan masyarakat. Setiap tahunnya, ada 800-1.000 kandidat yang menyerahkan proposal.
Tahapan Seleksi
Namun, Kemristekdikti hanya bisa mendanai 300 startup karena keterbatasan dana.
Setelah seleksi proposal, yang lolos akan beranjak ke tahap presentasi. Adapun startup yang akhirnya berhasil didanai Kemristekdikti akan langsung terjun ke lapangan dan dikawal reviewer dari industri terkait.
"Reviewer kita 90 persen pelaku bisnis. Mereka ada perjanjian harus mengawal (startup) sampai benar-benar jadi. Mereka ini setiap minggu harus melaporkan ke kita," ujar Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemristekdikti Retno Sumekar pada kesempatan yang sama.
Meski ada 1.200 startup yang disaring, 30 di antaranya yang diklaim berhasil dengan bisnis mereka.
"Yang berhasil omzetnya di atas Rp 500 juta ada 30 startup. Yang paling tinggi omzetnya itu sekarang Rp 7 miliar, namanya (startup) Satpam Pintar," terangnya.
Advertisement
HAKI Temuan Terbaik
Kemristekdikti pun berupaya untuk meningkatkan performa kuantitas dan kualitas penemuan anak bangsa di masa depan dengan beberapa strategi.
Pertama, adalah meningkatkan pembangunan komunikasi proses teknis, riset, dan nilai komersialitas ke jejaring industri swasta nasional.
Selanjutnya, adalah mengikat temuan terbaik ke dalam pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di mana kelak bakal membangun trust di kalangan penemu.
Adapun peningkatan minat dan proposal penemjan secara nyata juga tumbuh di beberapa tahun terakhir, di mana minat kalangan swasta semakin tinggi dan beberapa industri makanan, obat, dan lainnya mulai aktif memanfaatkan berbagai karya anak bangsa.
Dengan demikian, bukan tidak mungkin beberapa waktu ke depan kalangan investor luar negeri akan mulai masuk dan membiayai pengembangannya.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: