Napi dari Lapas Bali Masuk Sel Isolasi Nusakambangan

Napi narkotika kategori risiko tinggi (high risk) ditempatkan di Lapas Kelas I Batu yang merupakan Lapas Super Maksimum Security (SMS). Adapun 22 napi lainnya ditempatkan di Lapas Narkotika Pulau Nusakambangan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 29 Mar 2019, 03:01 WIB
Ilustrasi - Polisi mengamankan Dermaga Wijayapura, pelabuhan khusus menuju ke Pulau Nusakambangan saat pemindahan napi teroris dari Rutan Mako Brimob, 2018 lalu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Nusakambangan dikenal sebagai salah satu penjara paling menyeramkan. Posisinya yang benar-benar terpisah dari daratan membuat lapas-lapas yang berada di Nusakambangan benar-benar terputus dari dunia luar.

Di luar pengamanannya yang memang sangat ketat, posisi yang terpisah ini membuat Nusakambangan seolah menjadi penjara yang tertembus. Hutan di Pulau Nusakambangan juga membuat napi berpikir seribu kali untuk kabur dari penjara ini.

Bisa jadi, mereka tersesat di belantara Pulau Nusakambangan. Atau, hal lebih buruk terjadi. Menjadi mangsa macan kumbang misalnya.

Penjara di Nusakambangan dilengkapi dengan peralatan canggih, seperti X-Ray sehingga kemungkinan penyelundupan barang-barang terlarang bisa terdeteksi sejak awal. Di sejumlah lapas, napi ditempatkan satu orang satu sel. Ini adalah khusus napi berisiko tinggi.

Keamanan maksimal dan benteng alamnya yang tangguh adalah pilihan terakhir untuk membuat jera para napi yang bandel. Mereka benar-benar diputus dari jaringannya.

Kamis sore, 28 Maret 2019, sebanyak 26 narapidana narkoba dari Lapas Kerobokan dan Bangli, Bali tiba di Dermaga Wijayapura, penyeberangan khusus ke Pulau Nusakambangan. Para napi tiba dengan pengawalan ketat kepolisian, Kamis sore (28/3).

Dari jumlah itu, empat orang yang teridentifikasi sebagai napi narkotika kategori risiko tinggi (high risk) ditempatkan di Lapas Kelas I Batu yang merupakan Lapas Super Maksimum Security (SMS). Adapun 22 napi lainnya ditempatkan di Lapas Narkotika Pulau Nusakambangan.

“Tadi masing-masing empat orang di Lapas Batu, 22 orang lainnya ke Lapas Narkotika,” ucap Kepala Lapas Batu, Nusakambangan, Erwedi Supriyanto, Kamis malam.

Saksikan video pilihan berikut ini:


4 Napi Berisiko Tinggi

Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Erwedi tak menyebut secara spesifik alasan empat napi dari 26 napi ini ditempatkan di Lapas Batu yang merupakan lapas khusus bandar narkoba. Tetapi, ia mengatakan bahwa lapas ini memang diperuntukkan bagi napi yang berisiko kembali mengulang kejahatan yang sama, yakni mengedarkan atau bahkan mengendalikan peredaran narkoba dari dalam Lapas.

“Sebagai lapas yang High Risk, satu orang ditempatkan satu kamar,” dia menegaskan.

Dia tak menyebut satu persatu nama napi yang dikategorikan berisiko tinggi. Tetapi, satu di antara empat napi yang ditempatkan di lapas khusus ini adalah Abdurrahman Willy alias Willy Aksaka, terpindana seumur hidup peredaran narkoba.

Diketahui, Willy diduga kembali menjadi bandar narkoba saat dibui di Lapas Kerobokan. Ia diduga mengedarkan narkoba dan bahkan mengendalikan peredaran narkoba dari Lapas Kerobokan. Aksinya terbongkar oleh petugas, baru-baru ini.

Para napi tiba di Dermaga Penyeberangan Wijayapura dan langsung berlayar ke Nusakambangan, Kamis Sore, sekitar pukul 14.30 WIB. Kemudian sampai malam, secara bertahap para napi ditempatkan di sel orientasi untuk menjalani masa pengenalan atau pembinaan awal.

“Sesuai ketentuan, pada tahap awal, bila seorang narapidana baru masuk ke Lapas, itu kan harus ditempatkan khusus di masa orientasi,” dia menerangkan.

Empat napi yang ditempatkan di Lapas Batu langsung ditempatkan satu orang satu sel dan akan begitu seterusnya. Adapun di Lapas Narkotika, 22 napi ditempatkan di sel orientasi berdasar tingkat risikonya, meliputi rendah, sedang dan tinggi.

Artinya, ada napi yang sementara ini ditempatkan di sel isolasi, namun tak tertutup kemungkinan akan ditempatkan dalam sel umum jika dinilai baik.

Erwedi menambahkan, pemindahan itu adalah bagian dari rencana Ditjen PAS dalam program revitalisasi lapas dan rutan. Alasan risiko tinggi dan over kapasitas lapas di Kerobokan dan Bali. Nusakambangan dianggap ideal untuk memutus mata rantai peredaran narkoba yang dioperasikan oleh napi nakal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya