Gunung Agung Bergemuruh Lagi, Waspadai Banjir Lahar Dingin

PVMBG mengimbau warga yang bermukim di sekitar aliran sungai agar mewaspadai potensi ancaman banjir lahar dingin Gunung Agung.

oleh Arie Nugraha diperbarui 29 Mar 2019, 09:27 WIB
Kondisi Gunung Agung yang mengeluarkan asap tebal di Kabupaten Karangasem, Bali (28/11). Kepulan asap tebal ini terjadi karena ada dua lubang asap vulkanis. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Bali - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan Gunung Agung di Bali kembali erupsi pada Kamis, (28/3/2019) pukul 18.25 Wita. Letusan ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 milimeter dengan durasi 2 menit 32 detik.

Namun menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani, tinggi kolom abu tidak teramati. Hanya saja suara gemuruh, terdengar sampai pos pengamatan gunung api.

Saat ini Gunung Agung masih berada pada status Level III atau siaga dengan rekomendasi, masyarakat di sekitar dan pendaki, pengunjung, wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya radius 4 kilometer dari kawah.

"Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi, dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan yang paling terbaru," kata Kasbani.

Kasbani menambahkan, untuk masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan. Aliran lahar ini dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landasan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Sebelum terjadi erupsi, rekaman seismograf pada pukul 06.00 WIB tercatat terjadi dua kali gempa tektonik jauh. Sehari lalu tanggal 27 Maret 2019, seismograf merekam satu kali gempa hembusan, sembilan kali gempa tektonik jauh dan satu kali gempa tektonik lokal.

"Dari kemarin hingga pagi tadi, visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 400 meter dari puncak. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur dan barat," ujar Kasbani.

Letusan tidak terlihat tinggi kolom abu secara kasat mata di Gunung Agung pernah terjadi 23 Januari 2019 pada pukul 03.18 Wita. Hal itu disebabkan gunung tertutup kabut. Amplitudo gempa letusan pada waktu itu mencapai 23 milimeter dan lama gempa 116 detik.

Pemantauan secara visual dengan menggunakan drone yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018, menunjukkan bahwa volume kubah lava sekitar 23 juta meter kubik. Pola deformasi (perubahan fisik gunung) GPS maupun tiltmeter, dihitung dari November 2017 hingga saat ini secara umum menunjukkan tren deflasi.

Citra satelit sesekali merekam adanya energi termal di permukaan kawah Gunung Agung, mengindikasikan bahwa masih ada suplai magma ke permukaan dengan laju rendah. Pengamatan visual Gunung Agung dari Pos Pemantauan Gunung Api Agung di Rendang, menunjukkan bahwa aktivitas erupsi masih teramati namun dengan eksplosivitas rendah. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya