Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru Maafkan Pembunuh Istrinya

Acara peringatan skala nasional digelar dua pekan setelah tragedi penembakan massal yang menewaskan 50 orang di Masjid Christchurch, Selandia Baru.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 29 Mar 2019, 12:42 WIB
Ilustrasi bendera Selandia Baru (AFP)

-Liputan6.com, Christchurch = Dua pekan setelah tragedi penembakan massal yang menewaskan 50 orang di Masjid Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret 2019, sebuah acara peringatan skala nasional digelar.

Ribuan orang hadir. Ada Perdana Menteri Jacinda Ardern dan pejabat-pejabat lain, penyanyi Yusuf Islam alias Cat Stevens, para penyintas, sejumlah pemuka agama, tokoh masyarakat, juga warga dari segala kalangan. Masing-masing memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris, bahasa Maori, dan bahasa isyarat.

Aura kesedihan masih kental terasa. Air mata tumpah dari sejumlah pengunjung. Doa-doa dipanjatkan untuk mereka yang berpulang.

Farid Ahmed maju ke panggung, dengan kursi rodanya. Tak ada kecaman dalam kata-katanya. Ekspresinya tenang, tanpa amarah. Ia bahkan mengaku memaafkan pelaku yang telah membunuh istrinya.

"Orang-orang bertanya kepadaku, 'Mengapa kau memaafkan pembunuh istri tercintamu?'," kata dia, seperti dikutip dari CNN News, Jumat (29/3/2019).

"Aku tak ingin hati ini mendidih seperti gunung berapi--yang penuh kemarahan, rasa murka, amuk, tak ada kedamaian di sana," kata Ahmed. "Aku ingin hati yang penuh cinta, kepedulian, dan welas asih."

Ahmed mencoba melihat dari sudut pandang lain. Sisi pelaku. "Mungkin ia melalui penderitaan dalam hidupnya, tidak bisa mengatasinya dengan cara yang konstruktif," kata dia. "Tak ada alasan bagiku mendukung tindakannya yang salah. (Namun), aku tak bisa menyangkal fakta bahwa dia adalah saudaraku, sebagai sesama manusia."

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, kemudian tampil. Ia mengenakan mantel bulu tradisional Maori.

"Rasisme ada. Tapi itu tak diterima di sini," kata PM Ardern. "Serangan pada kebebasan untuk beribadah sesuai keyakinan dan agama, terhadap siapa pun, tidak diterima di sini."

Ia menambahkan, rakyat Selandia Baru memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberagaman di negara itu.

Pemimpin berusia 37 tahun itu mendapat pujian dunia atas responsnya terhadap serangan di masjid Christchurh itu.

Ia menyebut serangan yang dilakukan Brenton Tarrant terhadap umat muslim sebagai serangan teroris, sesuatu yang kerap dihindari pemimpin lain.

Mengenakan kerudung hitam simbol duka, PM Ardern hadir di tengah umat muslim yang berduka, menawarkan simpati dan penghiburan. Dan, tak berapa lama kemudian, ia langsung ambil tindakan, dengan memperketat aturan pemakaian senjata di negaranya.

PM Ardern tak sudi menyebut nama pelaku penembakan yang mengoyak kedamaian negerinya.

Dalam acara peringatan, ia justru membagikan kisah veteran Perang Dunia II asal Auckland, John Sato (95) yang menyewa empat bus untuk mengangkut orang-orang yang menghadiri pawai melawan rasisme pascaserangan di masjid Christchurh.

"Selama dua pekan lalu, kita mendengar banyak cerita tentang mereka yang terkena dampak serangan teroris tersebut. Kisah-kisah keberanian, cerita tentang mereka yang lahir di sini, tumbuh besar di sini, yang menganggap Selandia Baru sebagai rumah mereka. Kisah-kisah itu, kini menjadi bagian dari memori kolektif kita bersama. Menjadi bagian dari kita selamanya. Mereka adalah kita," kata PM Ardern.

"Asalamualaikum," kata PM Selandia Baru menutup pidatonya dalam bahasa Arab. Salam sejahtera bagi kita semua...

 

Saksikan video menarik berikut ini:  


Duka Dunia untuk Muslim di Selandia Baru

Tampak orang mengunjungi pemakaman korban penembakan masjid di Selandia Baru (AFP Photo)

Simpati dan ucapan dukacita mengalir dari penjuru dunia untuk para korban penembakan di masjid Christchurh.

Seorang pria di Australia, misalnya, meletakkan karangan bunga di masjid dekat rumahnya, sebagai ungkapan simpati pada warga muslim yang terguncang. Ada juga kisah Egg Boy yang melempar telur ke kepala politikus rasis yang berkomentar negatif atas tragedi itu. 

Dari Vatikan, Paus Fransiskus menyampaikan dukacita yang mendalam atas jatuhnya korban jiwa. Ucapan belasungkawa juga diucapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Simpati yang paling hangat dan harapan terbaik saya sampaikan kepada warga Selandia Baru pascapembantaian di sejumlah masjid. Sebanyak 49 orang tak berdosa meninggal dunia, sementara lainnya luka parah. AS siap untuk Selandia Baru, untuk apa pun yang bisa kita lakukan. Tuhan memberkati semua!" kata Trump lewat akun Twitternya.

Sesaat pascakejadian, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut bahwa serangan teroris di Christchurch sebagai "hari terkelam" dalam sejarah negerinya.

Ia juga menyebut, para pelaku memiliki "pandangan ekstremis" yang tak punya tempat di Selandia Baru, juga di belahan Bumi lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya