98 Persen Pekerja Proyek PLTU Lontar dari Lokal

Pekerja asing yang terlihat di proyek PLTU Lontar berasal dari Black & Veatch International Company.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Mar 2019, 17:30 WIB
Aktivitas pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar unit 4 di Balaraja, Banten, Jumat (29/3/2019). Jika selesai, PLTU di atas tanah seluas 11 hektare persegi ini bisa memperkuat kapasitas listrik Jawa-Bali dan menghemat pengeluaran PLN. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan PLTU Lontar ekstensi keempat berhasil menyerap 2.000 pekerja lokal. Sementara untuk tenaga asing hanya 41 orang atau sekitar 2 persen dari total pekerja.

PLN menilai keberadaan pekerja ini sebagai nilai tambah proyek pemerintah di daerah. "Jadi kalau ada yang tanya bagaimana tenaga kerja, dari 2.000 lokal itu semuanya hanya 41 yang asing, jadi 2 persen saja," ungkap Direktur Regional Jawa Bagian Barat Haryanto WS di PLTU Lontar, Tangerang, pada Jumat (29/5/2019).

"Jumlah tenaga kerja ini akan terus meningkat di tahun 2019 sejalan dengan pencapaian progressnya. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi multiplier effect secara langsung untuk wilayah Banten dan sekitar," dia menambahkan.

Menurut pantauan Liputan6.com, pekerja asing yang terlihat di proyek PLTU Lontar berasal dari Black & Veatch International Company, salah satu dari anggota konsorsium proyek. Itu pun yang terlihat adalah tenaga ahli.

Proyek senilai Rp 1,43 triliun ini memiliki konsorsium yang terdiri atas Black & Veatch International Company Sumitomo Corporation, dan PT Satyamitra Surya Perkasa. Proyek rencananya rampung pada September mendatang.

“Proyek PLTU Lontar Extension ini berbahan bakar batubara jenis low rank coal (LRC). Proyek PLTU Lontar Extension ini dibangun di lokasi pembangkit PLTU 3 Banten existing, dengan progress 87,68 persen. PLTU ini direncanakan akan mulai beroperasi pada September 2019," jelas Haryanto.

Secara keseluruhan, program 35.000 MW ini memberikan dampak ekonomi yang besar dan memberikan peluang kepada 620 ribu tenaga kerja secara langsung dan 3 juta tenaga kerja secara tidak langsung di seluruh Indonesia.

Sebaran lokasinya adalah 59 lokasi di Sumatra, 34 lokasi di Pulau Jawa, 49 lokasi di Sulawesi, Kalimantan 34 lokasi dan Indonesia Timur 34 lokasi.

Program ini telah membuka peluang bagi pembangunan 75 ribu set tower, memanfaatkan 300 ribu kilometer konduktor aluminium, membangun 1.382 unit gardu induk, menggunakan 2.600 set trafo dan menyerap 3,5 juta ton baja profil dan pipa bukan pembangkit.


PLN Ingin Banten Jadi Kawasan Industri dengan Sistem Kelistrikan Kuat

Petugas beraktivitas di pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar unit 4 di Balaraja, Banten, Jumat (29/3/2019). Proyek PLTU Lontar dengan kapasitas 315 MW kini sudah mencapai 86 persen dan rencananya bisa beroperasi pada September 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pemerintah terus melanjutkan program listrik 35.000 MW. Kini, ekstensi keempat PLTU Lontar, Banten akan siap beroperasi pada September 2019 untuk membantu memasok listrik di daerah Banten hingga Jakarta.

Proyek yang bekerja sama dengan Jepang ini menggunakan batu bara low rank. PLN menyebut proyek ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik industri maupun masyarakat agar mendorong roda ekonomi di Indonesia, terutama pulau Jawa. 

Namun, PLN khawatir bila malah digunakan untuk kebutuhan perumahan. Hal itu dianggap bisa mengurangi potensi Banten sebagai kawasan industri yang menjanjikan.

"Sayangnya, daerah Banten terdesak menjadi perumahan, ekspansi sudah mulai ke Barat. Ini tentu mengurangi kesempatan Banten untuk menjadi daya dukung industri di Indonesia," ujar Direktur Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS pada acara press briefing di PLTU Lontar, Tangerang, Jumat (29/3/2019).

"Kita mengharapkan bagaimana Banten ini terus menjadi daerah kawasan industri berat, yang akan didukung PLN dengan sistem yang sangat kuat, sehingga masalah reliability, kecukupan, tak jadi isu lagi," ujar dia.

Haryanto menuturkan, menjadikan Banten sebagai kawasan industri bisa membantu ekonomi nasional dengan cara meningkatkan produk ekspor. Alhasil, defisit transaksi berjalan bisa teratasi karena adanya industri manufaktur.

Posisi Banten yang dekat sarana transportasi laut pun membuat bahan baku tersedia dengan mudah, ditambah lagi aksesnya yang hanya sekitar dua jam dari Jakarta. Ia pun menyayangkan jika orientasi Banten malah mengarah ke sektor perumahan ketimbang industri.

"Bahan baku ada di sini, baja di sini, listriknya kuat, infrastrukturnya kuat, jangan disia-siakan," tegasnya.

 


Sumitomo Ungkap Proses Penyelesaian PLTU Lontar pada 2019

Petugas beraktivitas di pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar unit 4 di Balaraja, Banten, Jumat (29/3/2019). Proyek PLTU Lontar dengan kapasitas 315 MW kini sudah mencapai 86 persen dan rencananya bisa beroperasi pada September 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, PLTU Lontar di Tangerang akan segera beroperasi pada September 2019. Proyek yang bermula sejak 2015 ini sudah mencapai 86 persen tahap penyelesaian dan bila selesai dapat mendukung potensi Banten menjadi kawasan industri.

Sumitomo Corporation selaku salah satu anggota konsorsium proyek ini menyebut bahwa sisa 14 persen akan didominasi oleh pemasangan alat-alat penunjang. Peralatan penunjang tersebut juga sudah ada di dalam negeri.

"Utamanya tinggal pemasangan peralatannya saja, peralatannya sudah ada semua di Indonesia. Tinggal diselesaikan sedikit lagi konstruksinya maka pemasangannya bisa berjalan," ucap Eko Permanahadi, Chief representative Jakarta Project Coordination Office dari Sumitomo Corporation kepada Liputan6.com, Jumat 29 Maret 2019 di PLTU Lontar, Tangerang.

Sebelumnya, pihak PLN yang dipimpin Direktur Regional Jawa Bagian Barat Haryanto WS juga mengadakan press briefing mengenai progres PLTU Lontar.

Eko pun mengutip penjelasan Haryanto terkait boiler, turbin, dan generator, semuanya sudah ada dan terpasang.  Ada pun peralatan penunjangnya pun seperti pompa atau alat untuk pendukung turbin.

Ke depannya, Eko menyebut Sumitomo tertarik untuk berkontribusi pada energi terbarukan di Indonesia, seperti tenaga angin. Saat ini, perusahaan juga sudah punya proyek panas bumi di Sumatera Barat. Daerah luar Jawa pun diproyeksi menjadi fokus.

"Mungkin lebih kepada luar Jawa, karena kalau di Jawa hampir seluruhnya sudah teraliri listrik. Itu target kami," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya