Teknologi 5G Belum Siap, Peluncuran Razer Phone 3 Tertunda?

Peluncuran Razer Phone 3 diduga tertunda karena teknologi jaringan 5G belum tersedia di banyak negara.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Apr 2019, 12:00 WIB
Tampilan anyar Razer Phone 2 (sumber: razer)

Liputan6.com, Jakarta - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menimpa sebagian besar karyawan divisi mobile Razer pada bulan lalu, memicu spekulasi perusahaan batal merilis smartphone terbaru, Razer Phone 3.

Kini menurut laporan baru, Razer menunda smartphone tersebut, dan penyebabnya diduga karena teknologi 5G.

Dilansir Phone Arena, Senin (1/4/2019), dalam sebuah wawancara dengan Engadget, CEO Razer Ming-Liang Tim, mengatakan bagi konsumen kalau membeli smartphone gaming saat ini kemungkinan bukan ide yang tepat.

Pasalnya, ia yakin gamer yang ingin membeli sebuah perangkat pada tahun ini menginginkan ponsel 5G. Namun membelinya sekarang berarti tidak ada jaringan yang bisa digunakan.

Seperti diketahui, saat ini jaringan 5G belum komersial di banyak negara. Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS), dilaporkan baru akan menggelar jaringan 5G secara komersial pada tahun ini.

Di mata Razer, hal ini berarti smartphone dengan konektivitas 5G akan dijual dengan harga lebih tinggi.

Ini juga berarti akan berkurang permintaan terhadap smartphone gaming 4G, karena para konsumen sedang menunggu 5G tersedia lebih luas.

Dari penjabaran Ming-Liang Tim, Razer diprediksi menunda peluncuran smartphone terbarunya untuk menunggu jaringan 5G tersedia lebih luas.

Berdasarkan pandangan Razer tentang jaringan 5G, Razer Phone 3 kemungkinan baru akan memulai debut pada awal 2020.

Pada saat itu, jaringan 5G seharusnya sudah ada di banyak negara, dan permintaan terhadap perangkat yang kompatibel diyakini juga akan meningkat.


Industri Gaming Kian Menggurita, SMI Optimistis Pendapatan Mengalir Deras

ROG Mothership. (Doc: Asus)

Industri gaming kian menggurita, termasuk di Indonesia. PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) selaku distributor produk Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) telah mencicipi hasil menguatnya industri gaming.

Industri ini sendiri bukan hanya sekedar hardware dan software, tapi juga meningkatnya penjualan suplai atau keperluan di dalam bermain gim. Ditambah lagi, kini industri gim pun mulai merambah kompetisi olahraga seperti Asian Games.

"Beberapa tahun belakangan industri gaming ini tumbuh dengan pesat, termasuk di Indonesia. Hal ini tidak hanya terjadi pada penjualan hardware dan software, tapi juga suplai yang dibutuhkan saat bermain gim," ungkap  Presiden Direktur PT Synnex Metrodata, Agus Honggo Widodo, dalam acara "Build Your Going Empire" di Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Lini produk gaming SMI terdiri dari notebook dan Personal Computer (PC) premium, smartphone, serta komponen dan display. Dari total penjualan, notebook memberikan kontribusi terbesar, hampir 85 persen dari keseluruhan pendapatan dari produk gaming SMI.

SMI membukukan pendapatan sebesar Rp 1 triliun dari produk gaming pada 2018. Untuk tahun ini, pertumbuhannya diperkirakan akan berada di kisaran 30-40 persen.

"Pendapatan dari produk gaming pada tahun lalu mencapai Rp 1 triliun, dari total Rp 10 triliun pendapatan total kami. Tahun ini kami menargetkan pendapatan dari produk gaming bisa mencapai 30-40 persen," sambung Agus.

SMI saat ini mendistribusikan 12 merek produk gaming terkemuka, termasuk Dell, Asus (Republic of Games/ROG), HP Omen, dan Gigabyte. Dari belasan merek tersebut, Asus dengan lini produk premium ROG merupakan yang paling laris.

Menurut Agus, ROG menguasai hampir 55 persen pangsa pasar produk gaming di Tanah Air. "Kontribusi terbesar untuk produk gaming berasal dari Asus. Asus itu memiliki hampr 55 persen pangsa pasar di Indonesia," tuturnya.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya