SMK Binaan Djarum Foundation Jadi Percontohan Teaching Factory

Sejumlah SMK binaan Djarum Foundation di Kudus telah berhasil menerapkan teaching factory dan menjadi percontohan untuk SMK lainnya.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 26 Apr 2019, 15:00 WIB
(SMK) tata busana NU Banat, Kudus, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Liputan6.com, Kudus - Pendidikan kejuruan memang menjadi solusi paling relevan untuk mempersiapkan siswa didik bekerja pada bidang keahlian tertentu. Maka dari itu, metode teaching factory dipilih untuk diterapkan di sejumlah SMK binaan Djarum Foundation di Kudus, Jawa Tengah.

Pembelajaran melalui teaching factory merupakan proses penguasaan keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan market.

"Tujuannya untuk memberikan bimbingan teknis kepada sekolah-sekolah yang akan mengembangkan SMK teaching factory dan SMK rujukan. Teaching factory adalah mobil pembelajaran yang membawa suasana industri ke sekolah sehingga sekolah dapat menghasilkan produk yangg berkualitas industri," kata Kasubdit Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Mochamad Widiyanto, Kudus, Kamis (25/4/2019).

Widiyanto menjelaskan bahwa sejumlah SMK binaan Djarum Foundation di Kudus, bahkan telah berhasil menerapkan teaching factory dan menjadi percontohan untuk SMK lainnya.

"Di Kudus ada SMK-SMK yang dirasa berhasil mengembangkan kompetensi peserta didiknya di bidang-bidang yang sudah diseleksi dengan baik sehingga anak didiknya lulus memiliki kompetensi yang bagus, skil yang bagus dan mendapatkan pekerjaan yang sangat bagus. Pasti sekolah-sekolah yang ada di sini (Kudus) nantinya akan menjadi percontohan karena juga tidak harus sama setiap sekolah mengembangkan sesuai dengan kearifan lokal daerahnya masing-masing," lanjutnya.

Sementara itu, program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma, menuturkan bahwa penerapan teaching factory menjadi salah satu jawaban terhadap kesenjangan yang selama ini terjadi antara proses belajar peserta didik dengan kebutuhan yang diperlukan dunia usaha dan industri.

“Konsep pembelajaran teaching factory ini sejatinya menggabungkan teori dengan praktek kerja yang dapat menghasilkan suatu produk atau jasa berdasarkan pesanan nyata dari konsumen,” ucap Galuh.


Kemendikbud Gelar Bimbingan Pengembangan Teaching Factory

300 kepala sekolah mengunjungi SMK Raden Umar Said, Kudus. (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Melihat kondisi ini, Kemendikbud pun mengadakan “Bimbingan Teknis Bantuan Pengembangan Teaching Factory” bagi 300 kepala sekolah SMK di penjuru Indonesia.

Dalam kegiatan tersebut, Kemendikbud mengajak 300 kepala sekolah SMK dari penjuru Indonesia datang ke tiga SMK binaan Djarum Foundation, yakni SMK Raden Umar Said (animasi), SMK Wisuda Karya (teknik pemesinan) dan SMK PGRI 1 Kudus (tata kecantikan).

Ketiga SMK yang berada di Kudus ini merupakan bagian dari 16 SMK binaan Djarum Foundation yang sudah menerapkan konsep teaching factory. Kurikulum pendidikan pada SMK binaan tersebut telah disesuaikan untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang sudah berlangsung sejak tahun 2018, di mana sudah ada 1240 kepala sekolah SMK se-Indonesia yang dikirim Kemendikbud ke Kudus untuk melihat proses pembelajaran teaching factory yang ada di kota ini.

“Kami melihat peran Djarum Foundation membuat sekolah-sekolah ini mampu memiliki kinerja yang baik dari sisi peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas guru serta sinkronisasi kurikulum berbasis industri yang bermuara pada peningkatan kompetensi para peserta didik. Pembelajaran dari kunjungan ini adalah pentingnya kolaborasi antara SMK dengan pihak lain khususnya industri sehingga bisa menjadi inspirasi bagi sekolah – sekolah lainnya untuk bisa menerapkan hal serupa,” Widiyanto memaparkan.

 


Teaching Factory Sejak 2015

Teaching Factory (Liputan6.com/Yulia Lisnawati)

Widiyanto menambahkan bahwa teaching factory telah dimulai sejak 2015, namun dulu lebih dikenal dengan istilah unit produksi.

"Lambat Laun kita lebih fokuskan ke teaching factory yang artinya produk yang dibuat itu adalah hasil proses pembelajaran bukan diproses di luar kurikulum, tetapi sesuai dengan kurikulum artinya jika anak jurusan tata boga hasilnya harus jasa boga, kalo anak jurusan teknik sepeda motor maka teaching factory harus bengkel persikan sepeda motor."

Dari 2015 hingga sekarang, Kemendikbud melihat pembelajaran teaching factory di berbagai sekolah telah banyak berkembang dan membuahkan hasil. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya