Kampanye Akbar, Prabowo Baca Puisi Karawang-Bekasi

Menurut Prabowo, puisi legendaris tersebut mengandung makna mendalam yang menggambarkan jaman revolusi kemerdekaan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 29 Mar 2019, 20:19 WIB
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto menyapa pendukungnya di area Stadion Pakansari, Kab Bogor, Jumat (29/3). Kampanye terbuka itu dihadiri sejumlah tokoh partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto membacakan puisi milik seniman Khairil Anwar, berjudul Karawang-Bekasi. Puisi itu dibacanya saat kampanye akbar di lapangan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat.

"Dulu jalan antara Karawang-Bekasi penuh korban jiwa. Ini karya Chairil Anwar berjudul Karawang-Bekasi," kata Prabowo sebelum membacakan sajak tersebut, tulis siaran pers diterima, Jumat (29/3/2019).

Menurut Prabowo, puisi legendaris tersebut mengandung makna mendalam yang menggambarkan jaman revolusi kemerdekaan. Di mana, jalan antara Karawang dan Bekasi dipenuhi jasad para pejuang yang gugur demi merebut kemerdekaan, tanpa pamrih demi mewujudkan Indonesia adil makmur.

Prabowo berpesan agar masyarakat bisa terus menjaga semangatnya seperi rakyat Indonesia terdahulu. Hal ini demi mengawal perubahan di Indonesia yang lebih baik.

"Saya yakin, rakyat Indonesia adalah pejuang pemberani. Dulu kita usir penjajah, sekarang kalau ada yang suka menjajah bangsa sendiri, kita lawan," kata Prabowo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Puisi Karawang-Bekasi

Karawang - Bekasi

 

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi, tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda, Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

 

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

 

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

 

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

 

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir

 

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

 

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi_

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya