Liputan6.com, Jakarta Saat ini rempah masih mempunyai peran yang sentral. Dengan berkembangnya dunia kuliner dan bahan pangan, posisi rempah masih tak bisa digantikan. Hal itu dikemukakan Ketua Yayasan Negeri Rempah, Bram Kushardjanto.
"Rempah masih sangat dibutuhkan sampai saat ini. Selain untuk kuliner, rempah juga digunakan untuk kesehatan, dan kecantikan atau untuk industri kosmetik," kata Bram saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 28 Maret 2019.
Saat ini ada sekitar 2 ribu tanaman rempah. Ini sudah termasuk tanaman keras, seperti gaharu dan kemenyan, yang sudah teridentifikasi.
Baca Juga
Advertisement
"6o persen ada di Indonesia, seperti gambir, pala, dan cengkih. Pala dan cengkih merupakan tanaman endemik. Artinya, tanaman asal Indonesia," sambung Bram.
Secara produksi rempah, Bram mengungkapkan Indonesia masih sangat kuat. Kata Bram, hingga saat ini, meski bukan menjadi negara pengekspor rempah terbesar dunia, Indonesia masih tercatat sebagai negara produsen rempah terbesar dunia.
"Kita masih yang terbesar sampai saat ini. Masalah penjualan saja yang harus lewat Vietnam atau India, tapi kita tetap produsen terbesar," katanya.
Potensi untuk bisa memegang pasar rempah dunia, menurut Bram, masih sangat besar. Terlebih di Asia masih banyak masyarakat yang melakukan ritual dengan wewangian aromatik dari rempah.
"Lada kita nomor tiga setelah Vietnam dan India, tapi produsen terbesar tetap Indonesia. Vietnam ladanya sedikit, tapi dia ambil dari kita yang harganya tidak bersaing di luar negeri," tegas Bram.
Jalur Dupa dan Rempah
Indonesia berjaya dengan rempahnya sebelum mengenal komoditas tambang dan migas. Popularitas itu yang membuat banyak bangsa Eropa datang ke Indonesia.
"Eropa datang ke Indonesia untuk mencari rempah yang digunakan untuk mengawetkan makanan. Di negara yang memiliki empat musim, masalah rempah untuk mengawetkan makanan terkait persoalan hidup dan mati. Wine itu nggak bisa dibuat tanpa pala," jelas Bram.
Selain untuk mengawetkan makanan, rempah juga digunakan untuk ritual peribadatan hingga dikenal dengan nama Jalur Dupa. Jalur Dupa lebih tua ketimbang Jalur Rempah. Bram menyebutkan, gaharu, gambir, dan kemenyan, itu asli rempah Indonesia
Selain mencari rempah, kehadiran bangsa Eropa kemudian memonopoli hingga mengkolonisasi rempah. Kondisi itu yang kemudian menjajah Indonesia.
"Keberadaan rempah di Indonesia, jadi anugerah dan musibah, karena munculnya kolonialisme," kata Bram.
Rempah kemudian mulai ditinggalkan setelah munculnya perkembangan teknologi. Menurut Bram, orang mengawetkan makanan tak perlu lagi pakai rempah, tapi bisa pakai kulkas.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement