Wall Street Melonjak Berkat Harapan Negosiasi Perdagangan AS-China

Tiga indeks saham acuan di wall street membukukan kinerja positif sepanjang kuartal I 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Mar 2019, 05:52 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mampu menguat pada hari terakhir perdagangan pada kuartal I 2019.

Indeks saham S&P 500 mencatatkan penguatan terbaik secara kuartalan sejak 2009. Hal itu didorong optimisme terhadap negosiasi perdagangan AS dan China.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones menguat 211,22 poin atau 0,82 persen ke posisi 25.928,68.

Indeks saham S&P 500 mendaki 18,96 poin atau 0,67 persen ke posisi 2.834,4. Indeks saham Nasdaq bertambah 60,16 poin atau 0,78 persen ke posisi 7.729,32.

Selama kuartal I 2019, indeks saham Dow Jones menanjak 11,2 persen, dan bukukan penguatan terbesar sejak 2013. Sementara itu, indeks saham Nasdaq menguat 16,5 persen, dan bukukan penguatan terbaik secara kuartalan sejak 2012.

Tiga indeks saham utama membukukan kenaikan satu persen setiap minggu sehingga dorong penguatan selama sebulan.

Sentimen negosiasi perdagangan membayangi laju wall street. AS dan China membuat kemajuan pembicaraan dalam negosiasi perdagangan yang diadakan di Beijing pada Jumat pekan ini.

Pembicaraan ini mencari jalan untuk menyelesaikan perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar.

Pemimpin delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He akan ke Washington, AS pada pekan depan untuk membicarakan ronde berikutnya dalam negosiasi perdagangan.

"Prospek perang dagang akan segera berakhir dalam waktu dekat memberikan dorongan kepada investor kepercayaan diri. Bursa saham AS membukukan kinerja positif secara kuartalan," ujar Ekonom Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (30/3/2019).

Indeks saham S&P 500 pun membukukan kenaikan 13,1 persen selama kuartal I 2019. Penguatan ini terbesar sejak kuartal III 2009 dan kuartal I 1998.

Sektor saham industri yang sensitif dengan negosiasi perdagangan dapat menguat satu persen. Produsen chip yang mencatatkan eksposur pendapatan ke China membukukan keuntungan dengan indeks saham chip Philadelphia naik 1,6 persen. Sektor saham teknologi tercatat menguat satu persen.

Dalam pencatatan saham perdana, perusahaan rintisan Lyft Inc naik lebih dari 20 persen di bursa saham Nasdaq. Saham Lyft naik 8,7 persen.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Data ekonomi yang keluar pada Jumat pekan ini antara lain data belanja konsumen naik pada Januari dan pendapatan tumbuh moderat pada Februari. Ini menunjukkan ekonomi kehilangan momentum usai pertumbuhan melambat pada kuartal IV.

Kekhawatiran perlambatan global pada pekan lalu seiring bank sentral AS atau the Federal Reserve memproyeksikan tak menaikkan lagi suku bunga pada 2019 dan imbal hasil surat berharga AS alami inversi pertama kali sejak 2007 sehingga ada sinyal resesi.

Imbal hasil surat berharga  untuk tenor tiga bulan dan 10 tahun cenderung positif sejak Jumat usai alami inversi selama sepekan.

Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow menuturkan, bank sentral AS seharusnya segera memangkas suku bunga .

Dengan musim laporan keuangan dalam dua minggu ini, investor hadapi kemungkinan laba bersih perusahaan AS untuk pertama kali turun sejak 2016. Analis mengharapkan keuntungan kuartalan turun 1,9 persen.

Pada pekan depan, pelaku pasar di wall street akan fokus terhadap data ekonomi usai ada sinyal dari imbal hasil surat berharga AS.

Volume perdagangan saham wall street tercatat 7,41 miliar saham. Angka ini lebih rendah dari rata-rata selama 20 harian sekitr 7,52 miliar saham.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya