Liputan6.com, Jakarta Bandara Soekarno-Hatta kembali mengukir prestasi. Kali ini Bandara terbesar di Indonesia itu masuk dalam posisi elit Top 40 World’s Best Airport in The World oleh Skytrax.
Status ini sekaligus pengakuan terhadap peningkatan mutu layanan kepada traveler. Apalagi, format digital dikembangkan masif di Soetta. Peringkat yang diberikan Skytrax World Airport Awards 2019, membuat Bandara Soekarno-Hatta lebih baik dari beberapa bandara tenar di dunia.
Advertisement
Ada Bandara Bangkok Suvarnabhumi (Thailand) di strip 46. Bandara Toronto Pearson (Kanada) di strip 50, lalu posisi 54 diisi Bandara Kuala Lumpur (Malaysia). Begitu juga dua bandara Amerika Serikat yang terpaut jauh, yaitu Los Angeles (71) dan Boston Logan (80).
“Masuk Top 40 World’s Best Airport tentu menjadi prestasi besar. Artinya, komitmen dan kerja keras untuk meningkatkan kualitas bandara kini diakui dunia. Kami ucapkan terima kasih pada seluruh pihak. Kami selalu berharap menjadi etalase yang membanggakan bagi Indonesia,” ungkap Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin, Jumat (29/3).
Masuk Top 40 World’s Best Airport adalah peningkatan buat Soetta. Sebab, Bandara ini berada pada peringkat 45 dunia pada 2018. Posisi tersebut turun 1 strip dari tahun sebelumnya. Pada 2017 sempat berada di strip 44 dunia. Peringkat itu menjadi lonjakan signifikan. Karena, Bandara Soekarno-Hatta ada di urutan 63 dunia pada 2016. Rapor positif dari Skytrax World Airport Awards 2019 pun semakin sempurna. Bandara Soekarno-Hatta masuk Top 10 Best Airport Staff in Asia 2019.
Awaluddin menambahkan, lonjakan peringkat signifikan jadi target di tahun berikutnya. “Kami terus termotivasi melakukan upgrade layanan secara menyeluruh. Ke depannya, kami menargetkan Bandara Soekarno-Hatta masuk daftar 30 besar dunia,” lanjutnya.
Untuk mendapatkan pengakuan perbaikan peringkat dunia, jalan panjang harus dilalui setiap bandara. Selain meningkatkan mutu layanan, mereka juga harus bersaing dengan bandara lainnya. Sebab, Skytrax World Airport Awards 2019 akan melakukan survei terhadap pelayanan dan fasilitas pada 550 bandara di seluruh dunia. Parameternya adalah indeks kepuasan para traveler.
“Kami memang harus bersaing dengan banyak bandara di dunia. Untuk peningkatan pelayanan traveler di Bandara Soekarno-Hatta merupakan hasil sinergi semua elemen. Mulai dari internal AP II, maskapai, bea dan cukai, imigrasi, karantina, ground handling, airnav, hingga para aparat penegak hukum,” papar Awaluddin lagi.
Ada banyak perubahan yang dilakukan Bandara Soekarno-Hatta. Soetta menambahkan fasilitas Skytrain atau Kalayang untuk mendukung kemudahan perpindahan traveler antar terminal. Ada juga kereta bandara, WiFi, tenant beragam, hingga baggage handling system.
Cara ini menjamin ketepatan waktu pengantaran bagasi. Bandara Soekarno-Hatta juga memberikan pelayanan cepat dari para staff. Apalagi, sebelumnya Digital Officer with Digital Device (DODD) sudah diluncurkan.
Ada juga aplikasi InairPort yang berisi beragam informasi terkait Bandara Soekarno-Hatta. InairPort juga bisa digunakan untuk mobile check-in, melihat jadwal penerbangan dan transportasi publik, mengetahui tenant komersiil, hingga pelaporan kehilangan.
“Kami optimistis pelayanan Bandara Soekarno-Hatta akan semakin membaik. Apalagi, proyek runway ke-3 dan east cross taxiway akan tuntas dalam waktu dekat. Kedua infrastruktur itu akan membuat jumlah penerbangan semakin banyak dan lancar. Artinya, mobilitas traveler semakin nyaman,” tegasnya.
Kesuksesan transformasi AP II di Bandara Soekarno-Hatta, menambah daftar prestasi. Sebelumnya, 6 bandara di bawah AP II diberi label terbaik Airport Council International di tahun 2019. Ada Bandara Sultan Thaha Jambi, Depati Amir Pangkal Pinang, Sultan Mahmud Baddaruddin II Palembang, Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Silangit Siborong-Borong, hingga Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang.
“Aksesibilitas udara menjadi kunci utama pariwisata. Sebab, mayoritas wisatawan sangat mengandalkan jalur udara. Posisi Top 40 World’s Best Airport Bandara Soekarno-Hatta tentu sangat bagus. Prestasi ini menjadi Calibration, Confidence, dan Credibility bagi pariwisata Indonesia. Selain aksesibilitas, atraksi dan amenitas di Indonesia itu luar biasa,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya.