Liputan6.com, Jakarta Dian Al Mahri atau Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais dikabarkan meninggal dunia. Pemilik Masjid Kubah Emas di Jalan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat itu tutup usia Jumat dini hari, 29 Maret 2019.
Dian Al Mahri meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah sekitar pukul 02.20 WIB. Dikabarkan, ia sempat sakit dan dirawat sebelum mengembuskan napas terakhirnya.
Baca Juga
Advertisement
Jenazah Dian Al Mahri dimakamkan pada hari yang sama di kompleks Masjid Kubah Emas, Cinere, Kota Depok setelah salat Jumat. Mesjid kubah emas sendiri, banyak mengundang penasaran untuk dikunjungi.
Masjid ini selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas.
Selain itu, area ini juga bebas diakses untuk umum. Sehingga tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekadar dijadikan tempat beristirahat. Namun, dibalik megahnya masjid tersebut, ada fakta menarik tentang kekayaan Dian Al Mahri yang jadi pemilik Masjid Kubah Emas. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu, (30/3/2019), fakta di balik kekayaan Dian Al Mahri.
1. Masjid dengan Material Emas
Sesuai namanya, masjid ini memang menggunakan material emas dengan 3 teknik pemasangan. Pertama, serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota/pilar. Kedua gold plating yang terdapat pada lampu gantung, tangga, pagar, ornamen kaligrafi di langit-langit kubah dan ornamen dekoratif di atas mimbar mihrab.
Ketiga gold mozaik solid yang terdapat di kubah utama dan kubah menara. Pengurus dan pengelola masjid tidak mengungkapkan informasi mengenai total biaya pembangunan dan juga berat emas keseluruhan yang ada di kompleks masjid ini. Setiap kubah memiliki ketebalan emas 2 sampai 3 milimeter. Emas kubah tersebut kemudian dilapisi lagi dengan mozaik kristal.
Advertisement
Arsitektur Bernuansa Timur Tengah
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah. Hal itu diketahui dari ciri kubah, minaret, halaman dalam dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar.
Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India.
Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.
Masjid Dibangun Sejak Tahun 2001
Aslinya masjid ini bernama Masjid Dian Al Mahri yang diambil dari nama pendirinya. Namun oleh masyarakat sekitar sering disebut dengan Masjid Kubah Emas.
Sebutan Masjid Kubah Emas memang lantaran dari lima kubah di bangunan masjid semuanya berkilau karena dilapisi emas. Masjid ini dibangun oleh Dian yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996.
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha pada tahun itu.
Bangunan masjid ini memiliki luas kawasan 50 hektare, bangunan masjid ini menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. Masjid ini dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah. Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.
Advertisement
Sang Pemilik Merupakan Seorang Pengusaha
Hj. Dian Al Mahri adalah seorang pengusaha dan dermawan asal Banten. Hj. Dian terkenal sebagai sosok yang senang bersedekah. Ini juga menjadi rahasia di balik megahnya Masjid Kubah Emas itu adalah keajaiban sedekah.
Suatu hari, Hj. Dian membeli sebidang tanah di Brunei Darussalam. Awalnya, ia hanya membeli tanah tersebut untuk investasi, tapi ternyata tanah itu mengandung minyak bumi. Dibangunlah pertambangan di sana. Seperti telah menjadi komitmennya sejak dulu, keuntungan dari minyak bumi pun diinfakkan setengahnya.
Selain itu juga berdasarkan informasi warga, semasa hidup Dian Al Mahri sangat dermawan. Salah satu bukti kedermawanan dia adalah Jalan Raya Meruyung yang dicor, karena banyaknya bus yang lewat terutama pada hari libur yang datang dari berbagai daerah Indonesia yang mengunjungi Masjid Kubah Emas Depok.