Jepang Bersiap Umumkan Nama Era Setelah Kaisar Akihito Turun Takhta

Kekaisaran Jepang siap berganti nama era menyusul turun takhtanya Kaisar Akihito.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Mar 2019, 16:43 WIB
Kaisar Jepang Akihito bersiap untuk melakukan ritual di Istana Kekaisaran, Tokyo, Jepang, Selasa (12/3). Kaisar Akihito akan digantikan oleh putra sulungnya, Putra Mahkota Naruhito. (Imperial Household Agency of Japan via AP)

Liputan6.com, Tokyo - Akhir tahun ini, Kaisar Akihito akan melepaskan perannya sebagai kepala keluarga kekaisaran Jepang. Ia akan menjadi raja pertama di Negeri Matahari Terbit, yang mundur dari posisinya dalam dua abad terakhir.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Sabtu (30/3/2019), turun takhtanya Kaisar Akihito akan menandai perubahan nama era Kekaisaran Jepang, yang menyesuaikan dengan penanggalan tradisional setempat.

Sementara Jepang modern menggunakan sistem kalender Barat, negara itu juga menunjukkan tahun dengan menggunakan nama era kaisar yang berkuasa.

Merujuk pada pelantikan Akihito sebagai kaisar pada 1989 silam, dewan kehormatan istana setempat memberikan nama kebesaran sebagai "Kaisar Heisei", yang berarti julukan era Jepang pun berganti menjadi Heisei.

Sebelumnya, nama era Jepang adalah Showa, di mana merujuk pada nama kebesaran untuk Kaisar Hirohito, yang terkenal akan agresi militernya di Asia Pasifik pada masa Perang Dunia II.

Sementara itu, pemilihan nama era baru bagi Jepang, menurut National Institutes for the Humanities, kemungkinan akan dipilih oleh tim khusus yang ditunjuk oleh dewan kehormatan istana. Masing-masing dari mereka diperintahkan untuk mengusulkan nama berdasarkan beberapa pertimbangan budaya.

"Kita tahu bahwa mulai sekitar abad ke-10, nama-nama era baru diputuskan oleh orang-orang berpenedikan yang terpilih secara khusus untuk melayani istana kaisar, dan dikenal dengan julukan monjō hakase," jelas Masaharu Mizukami, profesor di Fakultas Sastra di Chuo University, Jepang.

"Ketika memutuskan nama era baru, masing-masing monjō hakase akan mengirimkan teks berjuluk nengō kanmon, yang berisi usulan nama dari pertimbangan budaya klasik Jepang," lanjutnya.

Nama era baru Jepang akan diumumkan pada 1 April mendatang, sebulan sebelum Putra Mahkota Naruhito mengambil alih takhta pada 1 Mei 2019.

Digantikan Putra Mahkota Naruhito

Kaisar Akihito akan digantikan oleh putra sulungnya, Putra Mahkota Naruhito.

Akihito dan Michiko memiliki dua anak lainnya, yakni Putri Sayako Kuroda dan Pangeran Akishino.

Adapun pewaris gelar putera mahkota selanjutnya, jatuh kepada Pangeran Hisahito (11), yang merupakan putra dari pasangan Pangeran Akishino dan Putri Kiko.

Hisahito maju ke garis pewaris takhta utama karena merupakan satu-satunya cucu laki-laki Kaisar Akihito.

Anak perempuan Pangeran Mahkota Naruhito yang berusia 16 tahun, Puteri Toshi Aiko, tidak akan dimasukkan dalam garis suksesi, karena hanya anggota keluarga kerajaan lelaki Jepang yang dapat naik takhta.

 

Simak video pilihan berikut: 


Banyak Menangani Warisan Kelam Jepang

Kaisar Jepang Akihito dan Permaisuri Michiko seusai berjalan-jalan di pantai dekat Hayama Imperial Villa, Prefektur Kanagawa, Senin (21/1). Akihito akan menjadi kaisar pertama yang turun takhta dalam 200 tahun terakhir. (Kazuhiro NOGI/AFP)

Kaisar Akihito naik takhta pada 1989, setelah Kaisar Hirohito --yang merupakan ayah kandungnya-- meninggal dunia.

Namun, secara mengejutkan pada Desember 2017 lalu, dia mengumumkan akan mengundurkan diri dari perannya sebagai Kaisar Jepang pada 30 April 2019.

Kaisar Jepang terakhir yang turun tahta sebelum Akihito adalah Kokaku pada 1817 silam.

Sebelum pengumuman pengunduran dirinya, beberapa orang curiga bahwa Akihito mulai berpikir untuk turun takhta karena kesehatannya yang menurun.

Kecurigaan ini menjadi lebih jelas pada Agustus 2016, setelah rilis sebuah video oleh pihak kaisar.

"Ketika saya menganggap bahwa tingkat kebugaran saya secara bertahap menurun, saya khawatir akan menjadi sulit bagi saya untuk melakukan tugas-tugas sebagai simbol Negara, dengan seluruh keberadaan saya seperti yang telah saya lakukan sampai sekarang," kata Kaisar Akihito, yang kala itu berusia 85 tahun.

Berselang satu tahun berikutnya, Kekaisaran Jepang mengumumkan bahwa Akihito telah resmi memutuskan untuk turun takhta.

Sebelum menjadi kaisar pada usia 56 tahun, Akihito menikah dengan Permaisuri Michiko, yang menandai momen pertama perempuan dari kalangan rakyat jelata, dipersunting oleh keluarga Kekaisaran Jepang.

Sepanjang pemerintahannnya, Kaisar Akihito telah menghabiskan banyak waktu menangani warisan kelam Jepang dari Perang Dunia II, yang dilakukan selama masa pemerintahan ayahnya.

Pada 2005, Kaisar Akihito menjadi Kaisar Jepang pertama yang mengunjungi lokasi pertempuran Perang Dunia II di luar negeri.

Dia dan Permaisuri Michiko mengunjungi pulau Saipan di Kepulauan Mariana Utara milik Amerika Serikat, di mana Pertempuran Saipan yang merenggut ratusan jiwa, terjadi pada 1944 silam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya