Slovakia Punya Presiden Perempuan Pertama

Zuzana Caputova terpilih sebagai presiden Slovakia setelah berhasil memenangkan Pilpres 2019.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 31 Mar 2019, 10:48 WIB
Presiden Slovakia, Zuzana Caputova (Joe Klamar / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Bratislava - Slovakia punya kepala negara perempuan pertama dalam sejarah negara itu. Zuzana Caputova terpilih sebagai presiden setelah berhasil memenangkan Pilpres 2019.

Caputova, yang hampir tidak memiliki pengalaman politik, mengalahkan diplomat terkenal Maros Sefcovic dari partai yang memerintah lewat pemilihan putaran kedua, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (31/3/2019).

Dengan hampir semua suara dihitung, Caputova telah memenangkan sekitar 58 persen, sementara Maros Sefcovic mendulang 42 persen pada putaran kedua.

Untuk diketahui, dalam pemungutan suara putaran pertama, Caputova memenangkan 40 persen suara, dengan Sefcovic meraih kurang dari 19 persen.

Sang presiden, membingkai pemilihan itu sebagai perjuangan antara "yang baik dan yang jahat."

Caputova juga mereferensi kasus pembunuhan jurnalis investigasi tahun lalu sebagai alasannya maju sebagai kandidat capres.

Jan Kuciak diduga tewas ketika tengah meliput dugaan hubungan antara politisi dan kejahatan terorganisir di Slovakia ketika dia ditembak bersama tunangannya, Martina Kusnirova, pada Februari 2018 --atau beberapa bulan jelang pemungutan suara berlangsung.

Pembunuhan tersebut memicu gelombang protes jalanan terbesar di Slovakia sejak demonstrasi anti-Komunis tahun 1989 dan menyebabkan pengunduran diri kepala pemerintahan kala itu, Perdana Menteri Robert Fico.

Caputova mengawali karierya sebagai pengacara ternama ketika dia memimpin sebuah kasus melawan tempat pembuangan limbah ilegal yang berlangsung selama 14 tahun.

Berusia 45 tahun, seorang janda cerai dan ibu dua anak itu adalah anggota partai Progressive Slovakia berhaluan liberal, yang tidak memiliki kursi di parlemen.

Di negara di mana pernikahan sesama jenis dan adopsi belum sah, pandangan liberalnya mempromosikan hak komunitas LGBTQ+.

Lawan yang dikalahkannya, Maros Sefcovic, adalah diplomat ternama Slovakia yang juga menjabat sebagai wakil presiden Komisi Eropa.

Sefcovic dicalonkan oleh partai Smer-SD yang saat ini memimpin pemerintahan, yang dipimpin oleh Robert Fico. Namun, partai itu tengah tercoreng noktah hitam usai PM Fico terpaksa mengundurkan diri guna menjawab protes massa, menyusul mengemukanya kasus pembunuhan jurnalis Jan Kuciak.

Sebagian besar massa menuduh pemerintahan Fico dan partai Smer-nya secara tidak langsung bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Penyelidikan selanjutnya menemukan hubungan antara pria yang sekarang dituduh memerintahkan pembunuhan, Marian Kočner, dan politisi serta pejabat terkemuka.

 

Simak video pilihan berikut:


Suara Harapan Kebangkitan Demokrasi di Slovakia

Presiden Slovakia, Zuzana Caputova (Vladimir Simicek / AFP PHOTO)

Meski jabatan presiden di Slovakia hanya sebatas seremonial semata -dengan tugas sehari-hari pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri-, namun kemenangan Zuzana Caputova dianggap sebagai simbol harapan kebangkitan demokrasi bagi negara yang terletak di Eropa Tengah dan Timur itu, demikian seperti dikutip dari Politico Europe.

Caputova juga digadang mampu mendongkrak hubungan yang positif antara Bratislava dengan Uni Eropa.

Perempuan itu mengatakan kepada Politico dalam sebuah wawancara beberapa hari sebelum kemenangannya, "Fokus utama saya adalah membawa perubahan di Slovakia, dan agar Slovakia menjadi mitra Uni Eropa yang andal."

Caputova juga mengatakan bahwa kemenangannya dapat memberanikan aktivis anti-korupsi dan liberal di seluruh Benua. "Jelas di UE tetapi juga, secara lebih luas, di Eropa, perkembangan di satu negara mempengaruhi peristiwa di negara lain dan dapat memiliki efek inspirasional," katanya.

Michal Repa, kepala tim pemenangannya, mengatakan ada kerinduan di negeri itu untuk pendekatan pemerintahan baru.

"Melalui kelompok fokus dan pemungutan suara, kami menemukan bahwa, terlepas dari ketidaksepakatan kebijakan apa pun dan kesenjangan politik dari kedua sisi, mereka semua disatukan oleh ketidakpercayaan pada politisi dan penolakan mereka terhadap ketidakadilan yang sangat besar yang membayangi masyarakat Slovakia."

"Kejujuran, keaslian Zuzana, karisma alami dan catatan kuatnya sebagai seorang aktivis melawan ketidakadilan, menjawab kerinduan pemilih akan kandidat yang jujur ​​dan andal yang akan memerangi ketidakadilan," katanya.

Kemenangannya tentu saja merupakan pukulan bagi presiden populis dan anti-imigran Republik Ceko yang bertetangga, Milos Zeman, yang vokal menyuarakan dukungannya pada Maros Sefcovic.

Meski posisi presiden Slovakia sebagian besar adalah jabatan seremonial, Caputova mengatakan bahwa dia bermaksud untuk sangat aktif dalam memastikan keadilan bagi semua warga Slovakia demi memperkuat independensi kantor kejaksaan umum dan dalam penamaan hakim.

Dia juga akan berkontribusi penuh dalam memerangi kampanye yang dipelopori oleh Fico untuk membatasi independensi media Slovakia dengan mengubah Kode Pers Slovakia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya