Liputan6.com, Jakarta Membanggakan! Konsep Mobile Positioning Data (MPD) besutan Menteri Pariwisata Arief Yahya semakin mendapat pengakuan dunia oleh United Nation (UN), program penghitungan wisatawan mancanegara di border area itu, dijadikan contoh terbaik sumber data pergerakan manusia.
Pada pertemuan The Human Mobility Project, Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata, Titi Kanti, menyampaikan pengalaman Indonesia di dalam menggunakan MPD untuk menunjang statistik pariwisata. Lebih membanggakan lagi paparan tersebut disampaikan secara gamblang di hadapan delegasi dunia. Mereka terdiri dari 13 kantor statistik dunia dan 10 institusi internasional.
Advertisement
"Indonesia memegang peranan penting dalam pertemuan ini. Indonesia menjadi negara yang dapat dijadikan "best practice", karena Indonesia telah menggunakan Mobile Positioning Data untuk menunjang statistik resmi. BPS bangga sekali menggunakan teknologi ini. Kita lebih bangga lagi, karena pionir dan menginisiasi penggunakan big data dan mobile tech untuk membaca statistik," ucap Titi, Sabtu (30/3).
Paparan betapa mudahnya MPD diaplikasikan membuat berbagai negara dunia kepicut untuk mengunakannya. Bahkan Geostat Georgia langsung mengutarakan keinginannya untuk mengaplikasikan MPD dalam melengkapi Statistik Pariwisata dan Statistik Imigran di Georgia. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah berhasil bekerja sama dengan seluruh operator seluler di Georgia, hanya saja belum memiliki algoritma yang dapat digunakan untuk menghitung statistiknya.
"Pemilihan Georgia sebagai pilot project ini karena keberhasilan Georgia dalam meyakinkan operator selulernya untuk bekerjasama dalam penelitian ini. UN ingin melihat apakah algoritma yang digunakan di Indonesia bisa diaplikasikan di Georgia," ujar Titi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sedari awal yakin jika MPD tidak hanya bisa dimanfaatkan pada sektor pariwisata. Tetapi juga pada data statistik untuk sektor pembangunan dunia. Menurutnya penggunakan MPD pada era digital sangat tepat. Karena, dapat membantu mengumpulkan data pergerakan manusia dengan beberapa keunggulan. Konsep ini merekam secara real time, cepat, tepat, dan cakupan yang lebih luas.
Teknologi digital yang baru ini, sudah mechine to mechine, tanpa campur tangan dan interpretasi manusia, lebih akurat, lebih cepat, lebih murah, dan bekerja non stop.
Mereka bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun, tanpa berhenti. Konsep MPD ini juga sudah dipresentasikan di ASEAN Tourism Forum (ATF) di Ha Long Bay City, Vietnam, 16-18 Januari 2019, dan beberapa negara yang secara khusus sudah meminta di tranfer of knowledge, seperti Kamboja. Begitu juga Estonia yang telah menggunakan teknologi ini. Bahkan telah direkomendasi juga oleh UNWTO.
”Kita biasa sebut dengan 3 V, yakni Volume, Velocity atau kecepatan dan Variety atau jenis. Kalau kita sudah mengedepankan digital, lalu kita tidak menggunakan MPD, maka nantinya disconnect. Karena Big Dataatau MPD sangat banyak manfaatnya. Adalah sebuah keniscayaan jika kita tidak menggunakan digital,” kata Menpar Arief.
Asisten Direktur Divisi Statistik UN Ronald Jansen mengatakan, dunia membutuhkan sumber data baru sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan. Dan penggunaan big data adalah salah satunya. Big data menjadi salah satu sumber data potensial bagi official statistics, termasuk di dalamnya adalah data satelit, data hasil pemindaian barcode (scanner data), data kartu kredit, data media sosial, mobile positioning data, dan lainnya.
"Pertemuan ini diharapkan bisa menghasilkan suatu rekomendasi internasional bagi NSO tentang apa dan bagaimana sumber data yang akan digunakan dalam menghitung pergerakan manusia," ujar Ronald Jansen.