Liputan6.com, Jakarta - Kekalahan teritorial ISIS di Suriah sebagaimana diklaim oleh koalisi yang dipimpin Amerika Serikat akhir pekan lalu membawa angin segar bagi banyak pihak, salah satunya komunitas budayawan, lintas agama, sejarawan dan arkeolog.
"Kekhalifahan" ISIS, yang membentang dari Suriah hingga ke gerbang Kota Baghdad di Irak, diklaim tamat pada Sabtu, 23 Maret 2019. Wilayah terakhirnya di Baghouz takluk di tangan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dibeking AS.
Kabar itu setidaknya membuka kemungkinan akan adanya upaya restorasi situs budaya, sejarah dan kuil keagamaan yang sempat dihancurkan oleh kelompok teroris ekstremis tersebut --meski belum ada kabar kapan komunitas budaya dan akademik dunia akan memulainya.
Baca Juga
Advertisement
Sejak mengumumkan awal 'kekhalifahan'-nya pada 2014, ISIS telah melancarkan kampanye yang digambarkan oleh PBB sebagai "pembersihan budaya", meruntuhkan peninggalan kuno dan menjarah artefak untuk dijual di pasar gelap.
Para teroris menjustifikasi penghancuran situs-situs tersebut sebagai kewajiban agama untuk menghapuskan penyembahan berhala, tetapi, tak jarang pula masjid menjadi sasaran penghancuran.
ISIS juga tidak menunjukkan keraguan tentang perdagangan ilegal artefak kuno dari situs yang dihancurkan untuk mendanai gerilya mereka.
Berikut adalah 6 situs bersejarah penting di Irak dan Suriah yang dihancurkan atau dirusak oleh ISIS, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, Minggu (31/3/2019).
Simak video pilihan berikut:
1. Makam Nabi Yunus di Nineveh, Irak
Nineveh, sebuah kota Asiria kuno yang terletak di Irak modern, muncul beberapa kali dalam Alkitab. Misalnya, Kitab Nahum mencatat nubuat, yang konon diberikan oleh seorang pria bernama Nahum, yang meramalkan kehancuran Niniwe. Ini terjadi pada 612 SM, ketika tentara terdiri dari pasukan dari Media (sebuah kerajaan di Iran modern) dan Babel menyerang kota.
Sedihnya, dekade terakhir belum baik untuk Niniwe. Pada Juni 2014, kelompok teroris ISIS menangkap Nineveh dan mendudukinya sampai Januari 2017.
Selama masa itu, kelompok teroris itu menghancurkan makam Nabi Yunus, sebuah situs suci bagi umat Islam dan Kristen. Para penjarah menggali sistem terowongan di bawah sisa-sisa makam yang hancur. Tidak jelas persis berapa banyak artefak yang dijarah pencuri dari bawah makam, demikian seperti dikutip dari Live Science.
Setelah Nineveh direbut kembali oleh pasukan Irak, sisa-sisa prasasti ditemukan di dalam terowongan.
Advertisement
2. Gereja Kuno di Dura-Europos, Suriah
Dura-Europos, sebuah kota kuno di Suriah tenggara, adalah rumah bagi gereja Kristen paling awal, yang diketahui berasal dari tahun 230 M.
Gereja ini memiliki halaman, ruang pertemuan, dan tempat pembaptisan, yang menampilkan sejumlah lukisan dinding adegan Kristen, termasuk yang menggambarkan Yesus berjalan di atas air.
Perang saudara Suriah telah menghantam situs ini dengan keras. Analisis foto satelit yang diambil antara 2011 dan 2014 mengungkapkan bahwa situs itu "mengalami penjarahan yang sangat berat," menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh American Association for the Advancement of Science, seperti dikutip dari Live Science.
Kelompok teroris ISIS merebut Dura-Europos pada 2014. Tentara Suriah merebut kembali daerah itu pada Desember 2017. Saat ini, tidak ada kepastian berapa banyak kota dan gereja Kristen purba yang tersisa.
Namun, satu penghiburan adalah bahwa lebih dari 12.000 artefak dari Dura-Europos telah berada di Galeri Seni Universitas Yale di Amerika Serikat. Barang-barang ini digali pada 1920-an dan 1930-an oleh tim arkeologi dari Yale dan Akademi Prasasti dan Tulisan Prancis.
3. Nimrud, Irak
Kitab Kejadian (Book of Genesis) menceritakan bagaimana kota kuno Asiria, Nimrud (dikenal dalam Alkitab Ibrani sebagai "Calah") dibangun oleh "prajurit perkasa" dan "pemburu perkasa" bernama Nimrod.
Kitab itu juga mengklaim bahwa Nimrod adalah cicit dari Nuh. Tentu saja, yang terkenal, Nuh mengikuti perintah Allah dan membangun sebuah bahtera untuk menampung keluarganya sendiri serta pasangan jantan dan betina dari setiap binatang di Bumi, melindungi mereka dari banjir besar yang diciptakan Allah.
Penjarahan dan kehancuran modern telah menghancurkan Nimrud. Kota itu dijarah selama invasi AS 2003 ke Irak, dan artefak dari kota yang berada di Museum Nasional Irak, di Baghdad, juga diambil.
Sementara pada Juni 2014, ISIS merebut Nimrud, menghancurkan banyak kota kuno dan mungkin juga menjarah sebagian kota itu, demikian seperti dikutip dari Live Science.
Pada Maret 2015, pemerintah Irak melaporkan bahwa ISIS telah menggunakan buldoser untuk menghancurkan sisa-sisa kota yang digali. Beberapa video yang dirilis oleh ISIS menunjukkan pekerjaan sedang berlangsung.
Kota ini direbut kembali pada November 2016 oleh pasukan Irak; selama lebih dari sebulan, hanya ada sedikit keamanan di situs itu, dan laporan media menunjukkan bahwa lebih banyak penjarahan terjadi.
Advertisement
4. Palmyra, Suriah
Setelah menguasai kota kuno Palmyra di Suriah pada 21 Mei 2015, ISIS melakukan perusakan pada bangunan bersejarah tersebut. Beberapa monumen berharga dilaporkan telah hancur.
Belakangan beredar gambar dari Palmyra, beberapa jam setelah tentara Suriah merebut kembali wilayah tersebut dari kelompok radikal pada Maret 2016. Potret itu mengungkapkan sejauh mana kerusakan setelah situs Warisan Dunia UNESCO dikuasai ISIS selama 10 bulan.
Beberapa monumen berharga di Palmyra terlihat hancur, namun puing-puing kota kuno itu masih utuh di tempatnya.
"Pihak berwenang memperkirakan yang terburuk. Tapi lanskap wilayah secara umum, dalam kondisi yang baik," kata Kepala Bagian Barang Antik dan Purbakala Suriah, Maamoun Abdulkarim seperti dikutip dari BBC, Senin (28/3/2016).
ISIS merebut Palmyra pada Mei 2015. Tak lama kemudian mereka membunuh arkeolog merawat kota kuno itu selama 40 tahun.
Palmyra terletak di daerah strategis penting di jalan antara ibukota, Damaskus, dan kota di timur yang diperebutkan dari Deir al-Zour.
Ketika ISIS merebut kota itu, mereka menghancurkan situs arkeologi tersebut dan memprovokasi kemarahan global. Dua kuil berusia 2.000 tahun, gerbang dan menara makam tinggal puing.
5. Biara Kuno di Mosul, Irak
Sebuah citra satelit memperlihatkan biara kuno Saint Elijah atau Dair Mar Elia di Mosul, Irak telah hancur.
Para ahli sejarah khawatir biara itu telah hancur lebur dan merupakan salah satu 'korban' dari ISIS yang terkenal dengan hobi menghancurkan situs-situs berserajah. Diduga penghancuran biara itu terjadi pada periode pendudukan ISIS Agustus - September 2014.
Biara itu telah melayani umat kristiani Irak sejak 1.400 tahun lalu, termasuk para prajurit Amerika Serikat. Di awal-awal pembentukannya, para biarawan memasang lilin, berdoa di kapel dan melayani umat di altar. Abjad Yunani terukir di gerbangnya.
Sebelum itu runtuh, sebagian biara telah direstorasi. Bangunan batu telah berdiri tegak di atas bukit di Mosul. Meskipun atap sebagian besar hilang, terdapat 26 kamar khusus termasuk tempat perlindungan dan kapel, demikian seperti dikutip dari The Guardian.
Kala menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, ISIS telah menghancurkan apa pun yang mereka anggap tidak sejalan dengan kepercayaan mereka.
Biara Santo Elia kini merupakan salah satu situs kuno sejarah perabadan yang turut mereka hancurkan. Selain itu, ISIS juga membumihanguskan masjid kuno, makam, kuil dan gereja.
Monumen kuno di kota Niniveh, Palmyra, dan Hatra kini telah rata dengan tanah. Berbagai museum dan perpustakaan juga runtuh. Buku-buku dibakar, barang-barang antik dihancurkan atau diperjualbelikan.
Biara Santo Elia merupakan tempat yang dilindungi oleh prajurit AS selama Perang Teluk.
Advertisement
6. Masjid Syiah di Mosul
Pada tahun 2014, media melaporkan penghancuran beberapa masjid, terutama Syiah, dan tempat-tempat suci di seluruh Irak oleh ISIS, demikian seperti dikutip dari The Huff Post.
Diantaranya adalah Masjid Al-Qubba Husseiniya di Mosul, Masjid Sheikh Jawad Al-Sadiq, Masjid Arnā'ūt, Masjid Qado, Masjid Askar e-Mullah dan Kuil Saad Bin Aqeel di Tal Afar, Sufi Ahmed al-Rifai Shrine dan makam serta tempat suci Sheikh Ibrahim di Distrik Mahlabiya dan apa yang disebut Makam Gadis (Qabr al-Bint) di Mosul.
Makam Gadis, yang dianggap untuk menghormati seorang gadis yang meninggal karena patah hati, sebenarnya diyakini sebagai makam sarjana abad pertengahan Ali ibn al-Athir, demikian seperti dikutip dari The Hindu.
Garis Besar Kehancuran di Suriah dan Irak
Suriah
Enam situs warisan budaya Suriah yang bersertifikat semuanya telah secara resmi terancam sejak 2013, dan semuanya telah dilaporkan rusak pada Maret 2016, mewakili penghancuran sebagian besar dari sejarah panjang dan kaya kawasan itu, demikian seperti dikutip dari News.artnet.com.
Situs arkeologi kuno seperti ibukota Romawi Kuno Bosra, Assyrian Tell Sheikh Hamad, Ebla dan Mari dari Zaman Perunggu, Dura-Europos, rumah bagi Sinagog kuno yang paling terpelihara di dunia, kompleks kastil abad pertengahan Crac des Chevaliers, dan kota-kota kuno di Suriah Barat Laut, antara Aleppo dan Idlib, situs di Raqqa juga telah rusak dan/atau dijarah selama konflik.
Irak
Di Irak, tiga dari empat situs warisan budaya terdaftar secara resmi berada dalam kondisi bahaya. ISIS secara sistematis menggali terowongan di Mosul dan situs warisan lainnya untuk mencari barang antik untuk dijual di Internet dan pasar gelap.
"Irak adalah tempat lahir peradaban kita bersama," kata Maria Böhmer, menteri negara kantor luar negeri Jerman, pada pertemuan majelis umum UNESCO pada tahun 2015. "Warisannya telah dipercayakan kepada perawatan semua umat manusia. Komunitas internasional harus melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengakhiri kejahatan perang ini."
Seperti dilaporkan News.artnet.com, wilayah di Irak dengan situs kuno yang hancur meliputi: Hatra, Mosul, Nimrud, dan Nineveh.
Advertisement