Liputan6.com, Jakarta Banyak orangtua mengeluhkan sulitnya menghadapi anak remaja. Terutama ketika si anak memasuki usia 12 tahun ke atas. Pada masa-masa ini memang jadi momen yang sangat menantang bagi orangtua.
Anak mulai suka mendebat, lebih ekspresif dalam mengeluarkan pikirannya dan semakin kritis. Bukan lagi anak-anak yang selalu menurut orangtuanya. Novita Tandry, seorang psikolog anak mengungkap orangtua harus menyiapkan diri dan mental menghadapi anak-anak di usia puber.
Advertisement
"Memasuki usia puber, anak mulai beranjak dewasa. Hormonal berperan sangat besar. Emosinya begitu tinggi mempengaruhi perilakunya, kadang tenang, benar-benar seperti roller coaster. Orangtua wajib tahu, dan ini merupakan proses normal dan alami," ungkap Novita, saat dihubungi Dream.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, penting bagi orangtua untuk memahami tahap perkembangan seorang anak. Termasuk lebih peka dalam mengenali karakter buah hati agar bisa menghadapi sikap 'pemberontaknya' dengan mulus.
Puber itu masa pra remaja, yang merupakan tantrum sesi kedua. Dalam tahapan perkembangan tersebut, emosi kerap mendominasi perilaku anak.
" Orangtua pasti pernah mengalaminya dan harus membimbing anak melewati masa perkembangan tersebut dengan baik. Anak kan belum pernah dewasa, jadi bingung dengan emosinya. Kita yang dewasa pernah ada di posisi itu, jadi kita yang lebih sabar, lebih peka, bukan menuntut mereka bersikap baik tanpa membimbingnya," ungkap Novita.
Menghadapi anak yang masuk usia puber, ia juga meminta orangtua untuk lebih banyak mendengarkan dan mendalami karakter anak. Mendengarkan keluh kesahnya dan membuat keputusan besar dengan melibatkan mereka.
Penting bagi orangtua untuk benar-benar memahami karakter anak, apa yang ia sukai dan tidak sukai.
" Dengarkan pendapat mereka, anak-anak sudah beranjak dewasa mereka sudah semakin pintar dan berbicaralah secara fokus dan jangan anggap mereka balita lagi. Perbanyak diskusi dan berbicaralah dua arah," pesan Novita.