Liputan6.com, Jakarta - Jaksa penuntut umum menghadirkan sejumlah saksi di sidang lanjutan kasus berita bohong atau hoaks dengan terdakwa Ratna Sarumpaet. Setelah sopirnya, giliran staf atas nama Saharudin didengar kesaksiannya.
Mengawali keterangannya, Saharudin mengatakan baru mengetahui wajah Ratna seperti mengalami memar pada 24 September 2018. Dia bersama saksi Ahmad Rubagi dan Makmur Julianto alias Pele mendapatkan cerita dari Ratna secara langsung dirinya dipukuli orang saat berada di Bandung namun meminta informasi tak disebar.
Advertisement
"Malam dikumpulkan bertiga. Ada perintah untuk tidak menceritakan kepada anak-anak dan yang lain hanya bertiga saja," ucap Saharudin.
Pendek kata, berita pemukulan viral. Saharudin menerima banyak telepon dari berbagai awak media. Dia meminta pendapat Ratna Sarumpaet mengenai hal ini.
"Banyak sekali yang menelepon. Tanggal 2 Oktober 2018 Ratna Sarumpaet tanya bagaimana perkembangan ini (kasusnya). Ratna bilang tidak usah dibesar-besarkan," ucap dia.
Kemudian tanggal 3 Oktober 2018 pukul 7 pagi dia menerima informasi dari seseorang terkait PDF yang beredar di media sosial.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Mengaku Kaget
Isinya dari Polda Metro Jaya tentang kasus Ratna Sarumpaet. Dia mengaku kaget dan memberitahukan pada Ratna.
"Saya langsung berlari ke kamar Kakak (Ratna Sarumpaet). Kakak (Ratna Sarumpaet) bilang kenapa lu. Ini kak ada informasi yang beredar soal Kakak ini sudah ada pemaparan dari Polda Metro Jaya. Kakak (Ratna Sarumpaet) tidak menjawab," jelas dia.
Tak lama kemudian, Ratna Sarumpaet mengumpulkan staf dan anak-anaknya. Ratna memohon maaf atas kebohongan yang diperbuat
"Kakak minta maaf kepada kami karena telah berbohong. Waktu itu ada Pele, Ahmad Rubangi, Iqbal dan Ibrahim," ucap dia.
Selanjutnya, Saharudin diperintahkan untuk menyiapkan press conference. Sekaligus menelepon elite-elite partai untuk meminta maaf.
"Ratna bilang tidak mau kebohongan lama-lama tersimpan," tutup dia.
Advertisement