Liputan6.com, Seoul - Sebuah organisasi misterius yang diduga terkait dengan pembobolan kedutaan Korea Utara di Spanyol Februari lalu, dikabarkan hendak merencanakan aksi lain.
Kelompok itu juga mendesak pers internasional untuk meliput "fakta yang dapat diverifikasi" yang akan mereka rilis pada kemudian hari seputar rezim Pemimpin Korut, Kim Jong-un.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di situs web mereka, kelompok Cheollima Civil Defense alias "Free Joseon", berjanji untuk "membongkar" fakta mengenai "kamp penjara" di Korea Utara dan mendukung "reformasi dan keterbukaan" di negara itu, demikian seperti dikutip dari media watchdog, NKNews.org, Selasa (2/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
"Kami saat ini sedang mempersiapkan acara besar," kata pernyataan berbahasa Korea. "Sampai saat itu, kita akan tetap diam, seperti ketenangan sebelum badai."
"Tolong dukung kebenaran yang kita ciptakan dan berdiri dengan sabar," lanjutnya berjanji untuk "memerintahkan perlawanan terhadap rezim Kim Jong-un."
Pernyataan itu muncul sehari setelah pemerintah Korea Utara merilis pernyataan publik pertamanya pada pembobolan kedutaan mereka di Spanyol pada Februari, dengan seorang juru bicara mengutuk apa yang disebutnya sebagai "serangan teroris berat" terhadap para diplomatnya di Madrid.
"Sebuah intrusi ilegal dan pendudukan ke dalam misi diplomatik dan tindakan pemerasan adalah pelanggaran berat terhadap kedaulatan negara dan merupakan pelanggaran mencolok hukum internasional," kata juru bicara itu seperti dikutip oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Dalam sebuah pernyataan yang menampik para pelaku pembobolan sebagai organisasi "kecil", juru bicara itu menuduh mereka telah "mengikat, memukul dan menyiksa staf Kedutaan dan memeras petugas komunikasi."
Sementara itu, otoritas Spanyol dilaporkan masih menyelidiki insiden pembobolan terhadap kedutaan Korea Utara di Madrid.
Simak video pilihan berikut:
Organisasi Misterius, Dituduh Dekat dengan CIA
Cheollima Civil Defense, pertama kali muncul pada Maret 2017 setelah kematian saudara tiri Kim Jong-un, Kim Jong-nam.
Penampilan publik pertama mereka datang dalam sebuah video yang menampilkan putra Kim Jong-nam, Kim Han-sol, dengan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka melindungi Kim Jong-nam dan keluarganya.
Mereka muncul kembali awal tahun ini, menyatakan pembentukan pemerintah "Free Joseon" di pengasingan dan tampaknya mengaku bertanggungjawab atas insiden baru-baru ini di mana kedutaan Korea Utara di Kuala Lumpur menjadi target vandalisme.
Pekan lalu, pihak berwenang Spanyol menyebut aktivis hak asasi manusia yang berbasis di AS, Adrian Hong telah memimpin pembobolan di kedutaan Korea Utara di Madrid pada 22 Februari 2019. Hong, yang juga pemegang paspor Meksiko, disebut sebagai direktur Cheollima Civil Defense.
Kelompok itu juga kemudian mengaku bertanggungjawab atas pembobolan tersebut, NKNews melaporkan.
Di sisi lain, koran lokal Spanyol, El País dan El Confidencial melaporkan bahwa pemerintah Spanyol mencurigai agen intelijen AS dan sekutu mereka mungkin terlibat dalam serangan itu, BBC melaporkan.
Korban dari dugaan penyerangan melaporkan kepada penyidik bahwa penyerang berbicara dalam bahasa Korea, dan bisa saja dari Korea Selatan.
El País bahkan melaporkan bahwa dua dari kelompok 10 telah diidentifikasi, dan memiliki hubungan dengan badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA).
CIA menolak berkomentar kepada BBC.
Advertisement