Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan menyiapkan regulasi baru tentang produk Industri Hasil Tembakau (IHT). Hal ini menyusul pengembangan produk tembakau alternatif yang dipanaskan dan tanpa asap.
Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di sela-sela acara silaturahim dengan para pekerja sigaret kretek tangan (SKT) di pusat fasilitas produksi PT HM Sampoerna Tbk di Surabaya, Jawa Timur.
“Pemerintah juga akan membahas itu untuk dikembangkan. Nantinya, tentu akan memitigasi dampak risiko merokok,” ujar dia di Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Produk tembakau alternatif yang telah dikembangkan HM Sampoerna yaitu Iqos merupakan salah satu contoh dari penerapan revolusi industri 4.0. Dengan sistem tembakau yang dipanaskan, bukan dibakar diharapkan bisa berkontribusi dalam memitigasi risiko dan bahaya merokok.
"Kita harus apresiasi terhadap upaya ini,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Urusan Eksternal Sampoerna, Elvira Lianita menyatakan, induk perusahaan Sampoerna memang telah mengembangkan produk yang diberi nama Iqos. Saat ini, Iqos bahkan sudah dipasarkan di lebih dari 40 negara di Eropa dan Asia, termasuk Jepang dan Korea, namun memang belum dipasarkan di Indonesia.
"Perbedaannya terletak dari cara konsumsinya saja. Kalau rokok dibakar, sementara Iqos dipanaskan,” ungkap dia.
Ia melanjutkan, mengonsumsi produk Iqos berpotensi memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibanding mengonsumsi rokok. Pengembangan yang dilakukan memang bertujuan memitigasi risiko dan dampak kesehatan yang diakibatkan oleh rokok.
“Kalau dipanaskan, maka pembentukan zat-zat kimia yang berbahaya maupun berpotensi berbahaya, lebih kecil daripada dibakar. Itu perbedaan mendasarnya,” tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Popularitas Produk Rokok iQOS yang Bebas Asap
Perangkat rokok tanpa asap, yang dipanaskan bukan dibakar atau istilahnya heat not burn (HNB) iQOS tengah menjadi tren. Produk yang dibesut Philip Morris International, produsen rokok Marlboro ini melesat tinggi, terutama di pasaran Jepang.
BACA JUGA
Perangkat iQOS tersedia di toko-toko di Inggris. Ketika di pasarkan di Jepang, produk iQOS tersebut diminati, bahkan berhasil mengungguli produk rokok buatan Japan Tobacco.
Pada artikel Liputan6.com sebelumnya berjudul, "IQOS Tren Rokok Jepang, yang Disebut Lebih Aman ketimbang Vape" yang dipublikasikan Sabtu, 19 Januari 2019. Pada kalimat yang tertulis, “Sebelumnya, New Strait Times melaporkan bahwa saat ini Japan Tobacco menguasai 60 persen pasar rokok alternatif alias IQOS."
"Nah, kami ingin meluruskan bahwa iQOS bukan produk tembakau alternatif milik Japan Tobacco, melainkan milik Philip Morris International," terang Manager External Communications PT. HM Sampoerna Tbk, Nazrya Octora dalam klarifikasinya kepada Health Liputan6.com, ditulis Jumat, 25 Januari 2019.
Meskipun menguasai 60 persen pasar rokok lokal, Japan Tobacco berada di sisi yang salah dari meningkatnya popularitas produk tembakau alternatif yang dipanaskan bukan dibakar (heat-not-burn atau HNB). Japan Tobacco telah tertinggal dibandingkan dengan pemilik Marlboro.
Philip Morris International pada tahun 2014 mulai menjual perangkat produk tembakau bernama IQOS di Jepang, sebagaimana dilansir dari New Strait Times. iQOS muncul sebagai produk uji coba yang sukses untuk kategori rokok elektronik.
Ini dikarenakan rokok elektrik yang menggunakan cairan nikotin tidak diperbolehkan di bawah peraturan farmasi di Jepang.
Advertisement