Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah tipis usai data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan mengejutkan untuk persediaan minyak mentah.
Akan tetapi, harga minyak berjangka bertahan di dekat level tertingginya dalam hampir lima bulan.
Ini karena penurunan produksi dan sanksi yang dipimpin oleh OPEC terhadap Iran memperketat prospek pasokan.
Harga minyak Brent berjangka berada di posisi USD 69,31 per barel, atau susut enam sen. Harga minyak Brent tersebut sempat di level tertinggi USD 69,96, dan terkuat sejak 12 November ketika diperdagangkan di posisi di atas USD 70.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD 62,46 per barel. Harga minyak melemah 12 sen usai sentuh level tertinggi USD 62,99, tertinggi sejak 7 November.
Stok minyak AS naik 7,2 juta barel pada pekan lalu. The Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, impor naik, produksi tinggi mencapai rekor baru dan tingkat refinasi melambat. Sebelumnya analis perkirakan penurunan stok 425 ribu barel.
"Impor minyak naik dan ekspor minyak turun. Ini diterjemahkan peningkatan impor. Proses minyak mentah lebih rendah dari biasanya. Produksi minyak mentah sentuh rekor baru 12,2 juta barel per hari. Semua ini berkontribusi terhadap stok yang besar," ujar Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (4/4/2019).
Meski ada peningkatan tajam stok minyak AS, pelaku pasar menuturkan, posisi harga cenderung menguat seiring pasokan global yang mengetat dan sinyal permintaan naik.
"Semua isu itu mendukung pasar saat ini. Pada akhir perdagangan, pasar naik dan ingin harga menguat," Direktur Mizuho, Bob Yawger.
Harga minyak didukung dari usaha the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya Rusia untuk mengurangi produksi minyak 1,2 juta barel per hari pada 2019.
Pasokan OPEC
Berdasarkan survei Reuters menunjukkan, pasokan dari negara OPEC sentuh level terendah dalam empat tahun pada Maret 2019.
Produksi minyak dari Rusia turun menjadi 11,3 juta barel per hari pada bulan lalu. Akan tetapi, target negara tersebut di bawah kesepakatan produksi.
Sinyal menunjukkan pasokan mungkin semakin ketat, seorang pejabat AS mengatakan, tiga dari delapan negara yang diberikan keringanan oleh AS untuk impor minyak dari Iran telah memangkas pembelian itu.
Hal ini mendorong peningkatan kondisi pasar minyak akan membantu kurangi ekspor minyak mentah Iran lebih lanjut.
Akan tetapi, di bawah sanksi AS, perusahaan energi milik Venezuela PDVSA, mempertahankan ekspor minyak mendekati satu juta barel per hari pada Maret.
Adapun tanda-tanda kemajuan negosiasi perdagangan AS-China, serta data aktivitas pabrik China dan AS yang positif dalam beberapa hari terakhir juga membantu sentimen pasar dengan meredakan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan minyak global.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement