Liputan6.com, Manila - Sebuah bom meledak di sebuah kota di Filipina selatan pada Rabu 3 April 2019 waktu setempat. Setidaknya 18 orang terluka dalam serangan yang diyakini sebagai upaya pemerasan atau pembalasan oleh militan sasaran serangan militer baru-baru ini, demikian kata para pejabat.
"Bom meledak di luar sebuah restoran kecil di Kota Isulan, Provinsi Sultan Kudarant. Orang tak dikenal baru-baru ini mencoba memeras uang dari pemilik restoran, yang menolak untuk membayar," kata Komandan Pasukan Regional Mayor Jenderal Cirilito Sobejana seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (4/4/2019).
Advertisement
"Serangan itu mungkin juga dilakukan oleh militan yang tergabung dalam Pejuang Kemerdekaan Bangsamoro yang menjadi sasaran serangan militer," imbuh Sobejana.
Ledakan itu melukai setidaknya 18 orang, termasuk anak-anak, dan kursi dan meja rusak dan pecahan kaca pecah dan puing-puing lainnya di lantai restoran Filipina tersebut.
"Pemilik restoran menerima surat pemerasan pekan lalu tetapi tidak dilaporkan ke pihak berwenang. Ultimatum (untuk membayar) adalah pekan ini,” jelas Sobejana.
Isulan di Provinsi Sultan Kudarat telah dilanda pengeboman oleh tersangka militan dalam beberapa bulan terakhir, meskipun keamanan diperketat di wilayah selatan yang miskin di mana pemerintah dan kelompok pemberontak Muslim terbesar sedang menerapkan kesepakatan otonomi Muslim baru.
Sekitar 12.000 militan dari Moro Islamic Liberation Front akan didemobilisasi berdasarkan perjanjian damai yang ditengahi oleh Malaysia mulai tahun ini.
Anggota Bangsamoro atau Bangsamoro Freedom Fighter dan kelompok sekutu yang lebih kecil yang telah bersekutu dengan ISIS menolak perjanjian perdamaian dan telah berjanji untuk terus memerangi pasukan pemerintah Filipina.
Saksikan juga video berikut ini:
Dua Bom Meledak di Gereja Filipina Selatan
Sementara itu awal tahun ini, dua bom meledak di sebuah katedral Katolik-Roma di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina selatan pada Minggu 27 Januari 2019 pagi waktu lokal.
Ledakan di Katedral Our Lady of Mount Carmel menewaskan setidaknya 21 orang dan menyebabkan puluhan lainnya terluka, kata para pejabat. Beberapa media menyebut, korban tewas mencapai sekitar 27 orang dan korban luka berkisar 77 orang.
Sebagian besar korban adalah warga sipil.
Ledakan pertama terjadi tepat ketika Misa Minggu berlangsung, sekitar pukul 08.45 waktu setempat. Ketika tentara merespons, bom kedua meledak di tempat parkir gereja, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu 27 Januari 2019.
Beberapa korban terluka dievakuasi melalui udara ke kota Zamboanga yang berdekatan.
Gambar yang diposting di media sosial menunjukkan jalan utama menuju gereja ditutup oleh tentara dengan mobil lapis baja.
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengakui jadi dalang kejadian nahas itu. Tetapi, beberapa media menduga bahwa pelaku mungkin terafiliasi dengan kelompok militan ekstremis yang berbasis di Jolo dan gugus kepulauan Mindanao, Filipina selatan.
Menyebut serangan terbaru itu sebagai "tindakan pengecut", Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mendesak penduduk setempat untuk bekerja sama dengan pihak berwenang guna "menyangkal klaim kemenangan terorisme apa pun."
"Kami akan menggunakan hukum berkekuatan penuh untuk mengadili para pelaku di balik insiden ini," lanjut Lorenzana.
Advertisement