Gunung Agung Erupsi, Tinggi Kolom Abu hingga 2.000 Meter

Kejadian erupsi Gunung Agung terdengar gemuruhnya di Pos Pemantauan Gunungapi di Rendang, Karangasem.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2019, 09:16 WIB
Kondisi Gunung Agung yang mengeluarkan asap tebal di Kabupaten Karangasem, Bali (28/11). Kepulan asap tebal ini terjadi karena ada dua lubang asap vulkanis. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Agung, Bali, kembali meletus pada Kamis, (4/4/2019) pukul 01.31 Wita dengan tinggi kolom abu teramati mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncaknya atau 5.142 meter di atas permukaan laut. Hal ini dikatakan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Made Rentin.

Ia menjelaskan, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitar 3 menit 37 detik.

Kejadian erupsi gunung tertinggi di Bali yang berada di Kabupaten Karangasem itu terdengar gemuruhnya di Pos Pemantauan Gunungapi di Rendang, Karangasem.

Selain itu, Rentin menyebutkan, dari laporan petugas BPBD, di seputaran Pura Kiduling Kreteg terpapar hujan abu tipis.

Namun, petugas BPBD Kabupaten Karangasem saat ini masih melakukan pemantauan di seputaran Pura Besakih dan membagikan masker bagi masyarakat yang melakukan persembahyangan serangkaian Ida Betara Turun Kabeh di pura tersebut.

Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga). Masyarakat pun diminta tidak beraktivitas di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari Kawah Puncak Gunung Agung.

"Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang terbaru," katanya seperti dikutip dari Antara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Waspada di Aliran Sungai

Rekomendasi berikutnya, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan.

Material erupsi yang masih berada di area puncak, bisa terbawa ke area aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya