Liputan6.com, Jakarta - Masa Rapid Trans (MRT) Jakarta akan segera memasuki pembangunan fase II. Japan International Cooperation Agency (JICA) menyebutkan biaya yang akan dihabiskan dalam fase II akan jauh lebih besar dibanding fase I.
Chief Representative JICA Indonesia Office Shinichi Yamanaka mengungkapkan, pembangunan MRT fase II seluruhnya akan berada di bawah tanah. Oleh karena itu pembangunan tersebut akan menelan biaya lebih besar dibanding fase sebelumnya dimana ada beberapa ruas yang dibangun melayang atau elevated.
"Jadi untuk MRT fase II sama dengan MRT fase I, secara finansial kami memberikan dukungan. JICA memberikan dukungan secara finansial," kata dia saat ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Selain itu, kontraktor dan konsultan juga akan melibatkan perusahaan Jepang. Hal ini persis seperti yang diterapkan saat pembangunan fase I.
Baca Juga
Advertisement
"Kemudian juga nanti untuk kontraktor dan konsultan yang akan terlibat dalam proyek itu juga akan ada beberapa sama halnya dengan fase I, akan ada perusahaan Jepang," ujarnya.
Meski dipastikan akan jauh lebih mahal dibanding sebelumnya, dia menegaskan besaran investasi MRT Jakarta fase II belum dapat ditentukan. Sebab masih harus dilakukan kajian dan beberapa evaluasi terlebih dahulu untuk menentukan besaran pasti dana yang dibutuhkan untuk pembangunan.
"Itu masih sampai sekarang masih belum fix total berapa karena masih dalam tahap evaluasi. Itu mungkin karena kalau untuk fase II kan sepenuhnya bawah tanah kalau fase I ada yang elevated track ada yang underground track, kali ini semuanya underground, memang biaya yang dibutuhkan lebih banyak," ujarnya.
Selain itu, pembangunan MRT Jakarta yang dilakukan di tengah kota dinilai memiliki kesulitan tersendiri dibanding pembangunan proyek infrastruktur di pinggir kota atau di daerah.
"Dan juga misal contohnya di kota juga memang sudah penuh, cukup crowded jadi memang butuh biaya yang lebih besar dibanding fase I. Karena memang dari awal studinya untuk fase II ini memang akan semuanya akan underground," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mulai Tahun Ini
Sebelumnya, PT MRT Jakarta memastikan pembangunan MRT Fase II akan mulai pada tahun ini. Saat ini, MRT Fase I yaitu dari stasiun Bundaran HI-Lebak Bulus telah siap beroperasi.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim mengatakan, MRT Fase II yakni dengan rute stasiun Bundaran HI-Kota menelan biaya investasi sebesar Rp 22,5 triliun. Proses tender pun dilakukan pada tahun ini.
"Tahun ini bakal mulai tendering fase II. Akhir tahun 2019 sudah mulai dikerjakan. Mulai relokasi utilitas sepanjang koridor fase II. Mulai bongkar-bongkar jalan lagi Thamrin dan Hayam Wuruk," tuturnya di Jakarta, Jumat (29/3).
Dia menambahkan, perusahaan telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg) untuk membangun track MRT di wilayah atau kawasan seputar Monas. "Monas sudah dapat persetujuan Kemensesneg untuk bangun di kawasan Monas," kata dia.
Silvia menuturkan, MRT Fase II ditargetkan rampung pada 2024. "Target rampung akhir 2024, 2025 beroperasi," pungkasnya.
Sebelumnya, operasi komersial Moda Raya Terpadu (MRT) tinggal menghitung hari. Kereta perkotaan otomatis bawah tanah pertama di Indonesia ini dipastikan akan beroperasi komersial pada 1 April 2019.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, MRT siap beroperasi komersial pada tanggal tersebut. Sejumlah persiapan pun telah dilakukan perusahaan.
"Kita akan keluarkan prosedur terkait dengan ticketing ini bagaimananya. Nanti juga akan ditempelkan di depan-depan tiket. Ada staf-staf kita bakal bantu," ujarnya di Jakarta, Jumat (29/3).
Pihaknya kini menunggu Peraturan Gubernur (Pergub) yang nantinya akan memayungi keputusan tarif yang telah ditentukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Keputusan pemerintah tentang ticketing, seperti diketahui harga tiket ini sudah diputuskan harganya. Jadi mudah-mudahan di hari-hari ini ada Peraturan Gubernur. Setelah itu terbit, kita siap operasi komersial 1 April nantinya," jelasnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement