Inalum dan Antam Canangkan Proyek Hilirisasi Bauksit Menjadi Alumina di Mempawah

Kehadiran pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Mempawah diharapkan memiliki manfaat yang besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah Mempawah dan sekitarnya.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 04 Apr 2019, 17:03 WIB
Pencanangan Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery dilakukan oleh Ketua DPD RI Oesman Sapta Oedang, Menteri BUMN, Anggota Komisi VII DPR RI, Wakil Gubernur Kalimantan Barat dan Bupati Mempawah.

Liputan6.com, Mempawah PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) bekerja sama dengan PT ANTAM Tbk., melalui anak usaha patungan mereka PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), melakukan Pencanangan Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery di Desa Bukit Batu, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Pencanangan ini dilakukan oleh Ketua DPD RI Oesman Sapta Oedang, Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Anggota Komisi VII DPR RI Katherine A. Oendoen dan Maman Abdurahman, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Drs. H. Ria Norsan, MM, MH, dan Bupati Mempawah Gusti Ramlana.

Turut Hadir dalam pencanangan ini Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Budi G. Sadikin, Direktur Utama PT ANTAM Tbk Arie Ariotedjo, Plt. Direktur Utama PT BAI Bambang Wijanarko, serta pra pejabat daerah Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Landak.

“Kehadiran pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Mempawah harus memiliki manfaat bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerah setempat. Sinergi BUMN sangat diperlukan untuk membangun mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi. Saya sangat menyambut baik pencanangan ini,” kata Rini M. Soemarno.

“Kita patut berbangga karena proyek ini merupakan wujud nyata dari komitmen Pemerintah untuk memperkuat basis industri pertambangan dalam negeri, hiliriasi produk bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat ini. Di masa yang lalu, kita masih harus mengirimkan bauksit kita ke negara-negara lain untuk diolah sebelum dikirim kembali ke Indonesia. Ke depan, kita bertekad untuk memaksimalkan nilai tambah bauksit dan juga bahan-bahan tambang lainnya di dalam negeri,” kata Rini.

Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia. Proyek ini akan mengurangi ekspor mineral mentah dan sekaligus ketergantungan impor untuk sumber bahan baku untuk produksi aluminium.

“Pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina ini juga akan mendorong lahirnya potensi investasi lainnya di masa depan, misalnya dalam bentuk pengembangan industri-industri terkait alumina-aluminium based dan diversifikasinya, yang kesemuanya itu sepenuhnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan negara Indonesia secara umum, dan bagi masyarakat sekitar secara khusus.” tutur Oesman Sapta Oedang.

“Pencanangan Pabrik Pemurnian Alumina ini merupakan bagian dari upaya melaksanakan salah satu mandat Holding Industri Pertambangan, yakni mendorong hilirisasi produk tambang. Nantinya Inalum, yang memiliki satu-satunya pabrik pemurnian aluminium di Indonesia, akan mendapatkan pasokan alumina dari dalam negeri. Penghematan yang dilakukan Inalum dapat mencapai 200 juta USD,” demikian disampaikan oleh Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin.

“Selain akan mengurangi defisit transaksi berjalan dan memperkuat nilai tukar rupiah, proyek ini juga memiliki berbagai manfaat yang dapat dirasakan oleh semua pihak, khususnya masyarakat Kalimantan Barat,” kata Budi.

Sementara itu Direktur Utama ANTAM, Arie Prabowo Ariotedjo mengemukakan bahwa proyek Smelter Grade Alumina Refinery merupakan proyek pengembangan strategis bagi Indonesia. Sebagai Perusahaan dengan sumber daya bauksit yang signifikan, ANTAM berupaya mewujudkan nilai tambah komoditas mineral yang dimiliki sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.

Proyek Pembangunan Pabrik Alumina yang akan dikelola oleh PT BAI akan dibangun diatas lahan seluas 288 Ha di tiga Desa di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek Pengolahan Smelter Grade Alumina ini akan memiliki kapasitas awal sebesar 1 Juta ton per tahun. Proyek ini juga akan dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara sebesar 3 x 25 MW.

Investasi proyek ini diperkirakan akan mencapai USD 850 Juta (termasuk IDC dan Modal Kerja) dan ditargetkan mulai berproduksi di awal tahun 2022.

Proyek ini akan memicu roda perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat dan khususnya di Kabupaten Mempawah dengan adanya potensi penambahan pendapatan daerah, penyediaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung, serta program pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi proyek.

Tentang Holding Industri PertambanganHolding Industri Pertambangan resmi dibentuk pada 27 November 2017 dimana INALUM menjadi Induk Usaha Holding dan PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota Holding. INALUM memegang 65% saham PT Aneka Tambang Tbk., 65.02% saham PT Bukit Asam Tbk., 65% saham, PT Timah Tbk., dan 51,2% saham PT Freeport Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya