Soal Jaringan di MRT, XL: Masih Gelap Gulita

Fasilitas di dalam stasiun MRT pun mulai dikembangkan, termasuk pembicaraan bisnis tentang kehadiran infrastruktur telekomunikasi dari sejumlah operator seluler.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 05 Apr 2019, 08:30 WIB
Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D Yosetya memberikan pemaparan soal teknologi XL Axiata di Banyuwangi, Kamis (4/4/2019). (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Liputan6.com, Banyuwangi - Beroperasinya Moda Raya Terpadu (MRT) sebagai alat transportasi terbaru di Ibu Kota disambut banyak pihak.

Fasilitas di dalam stasiun MRT pun mulai dikembangkan, termasuk pembicaraan bisnis tentang kehadiran infrastruktur telekomunikasi dari sejumlah operator seluler.

Pasalnya, sejauh ini baru dua operator seluler yang jaringannya sudah ada di stasiun MRT dan jalur bawah tanah mulai dari Bendungan Hilir hingga stasiun Asean, yakni Telkomsel dan Smartfren.

Sejumlah operator seluler lainnya pun diharapkan untuk segera membangun jaringan mereka di sepanjang jalur MRT Jakarta.

Sayangnya sampai saat ini, pembicaraan antara pihak pengelola MRT Jakarta dan operator seluler belum membuahkan hasil, termasuk dengan XL Axiata.

Ditemui dalam acara Media Gathering di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/4/2019), Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D Yosetya mengatakan, negosiasi komersial masih berlangsung.

"Bukan diskusi tetapi negosiasi komersial, masih gelap gulita," tutur Yessie.

Yessie meluruskan kabar bahwa di sepanjang jalur MRT Jakarta sinyal XL Axiata hilang sama sekali. Menurutnya, blank atau hilang sinyal hanya selama 10-12 menit, yakni dari Stasiun Bundaran HI hingga Blok M.

"Bukannya blank sinyal, tetapi hanya 10-12 menit dari Bundaran HI sampai Blok M, itu di tunnel," kata dia.

 


Ada Aturan Khusus di Jalur MRT

Bagian kepala kereta Mass Rapid Transit (MRT) melintas di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (12/4). 12 gerbong kereta MRT yang dikirim dari Jepang akhirnya mendarat seluruhnya di atas rel kereta depo Lebak Bulus. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Lebih lanjut, Yessie mengungkapkan, perbincangan antara pengelola MRT Jakarta dengan XL Axiata sifatnya merupakan business to business (B2B). Namun demikian, hal yang penting dipahami adalah sifat jalur MRT Jakarta yang merupakan ruang publik.

"Poinnya, seharusnya kalau ruang publik itu tempat di mana banyak kepentingan publik atau masyarakat. Seharusnya di tempat-tempat seperti itu ada aturan khusus dimana penyelenggara jaringan itu bisa dipermudah untuk memberikan layanannya," kata Yessie.

Menurutnya, saat ini belum ada kebijakan mengenai ruang publik bagi penyelenggara layanan telekomunikasi, termasuk juga di Terminal 3 Soekarno-Hatta. Artinya, XL perlu merogok kantong untuk menghadirkan layanannya, termasuk di tempat yang seharusnya jadi ruang publik.

"Status saat ini masih negosiasi komersial yang belum bisa putus. Ini menjadi pencetus kasus-kasus lain, apabila ada di ruang publik harusnya bisa ada kebijakan dipermudah untuk memberikan service," kata Yessie.

Dia juga tidak bisa memastikan kapan kesepakatan bisnis ini akan diputuskan.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya