President School Siapkan Generasi Milenial Memasuki Era 4.0

Jababeka memepersiapkan generasi millenial di era 4.0.

oleh Cahyu diperbarui 05 Apr 2019, 09:58 WIB
Jababeka memepersiapkan generasi millenial di era 4.0. (foto: dok. Jababeka).

Liputan6.com, Jakarta President School, yang merupakan bagian dari PT Jababeka Tbk., bidang pendidikan, berupaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi millenial yang kompetitif pada era 4.0. Upaya ini dilakukan dengan mengadakan motivational achievement yang menghadirkan S.D Darmono selaku founder- CEO PT. Jababeka, Tbk.,  dan Yayasan Pendidikan Universitas Presiden, sebagai keynote speaker. Kegiatan yang berlangsung di function hall SMA Presiden ini diikuti lebih dari 200 peserta, terdiri dari para siswa kelas 9 dan kelas 12, guru, kepala sekolah, serta koordinator sekolah.

Dalam paparannya, Darmono menekankan pentingnya SDM generasi millenial yang terdidik dan terampil dengan karakter kuat serta habit dan attitude yang baik. Karakter kuat merupakan keunggulan manusia dibandingkan mesin dan robot. Dalam menghadapi setiap perubahan zaman, hal yang harus terus dilatih dan diasah selain karakter dan cara pandang yang positif adalah kejelian melihat peluang kemajuan, penguasaan bahasa asing sebagai sarana komunikasi dan networking, serta penguasaan teknologi. 

"Di era digital dan robotik, semua dilakukan oleh mesin dan robot. Karena itu, belajarlah hal-hal yang tidak bisa dikerjakan oleh robot dan mesin, yaitu skill dan kemampuan manusia sebagai komunikator, fasilitator yang memiliki rasa dan optimisme," ujarnya. 

Terhadap pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terkait dengan daya saing Indonesia dalam bisnis global dan upaya yang perlu dilakukan oleh generasi millenial, Darmono menjelaskan pentingnya mengenal identitas diri dan kebangsaan sebagai kompetensi diferensiasi. Juga diperlukan daya kompetisi di bidang bioteknologi, seni dan desain dalam packaging, promotion, branding atau brandname, marketing, dan penguasaan ICT. Dengan daya-daya ini, kemampuan bersaing akan dapat terkomunikasikan dengan baik.

"Dalam bisnis kita membutuhkan komunikasi, kolaborasi, dan networking secara sinergis antara akademisi, businessman, dan government," ucapnya.

Terhadap para guru, kepala sekolah, dan koordinator sekolah, Darmono berpesan tentang pentingnya kurikulum pendidikan yang bukan hanya mendorong anak memperoleh kompetensi dan gelar akademik, tetapi juga menjadi pribadi optimistis yang mau dan mampu bekerja keras, serta peka untuk berbagi atau menolong orang lain dalam setiap kesempatan. 

"Praktek riil pendidikan itu ada di lapangan, kerja. Jiwa pengusaha, begitupun guru, adalah melihat masalah sebagai kesempatan untuk menolong orang. Menjadi pengusaha itu membutuhkan kejelian melihat masalah dan membaca peluang. Kesempatan dan praktik, bukan kesarjanaan/gelar," kata penulis buku Building a Ship While Sailing tersebut. 

Darmono juga menjelaskan tentang masalah pendidikan, bahwa banyak lembaga pendidikan menghasilkan lulusan dengan nilai yang tinggi tetapi sikapnya kurang baik. Masalah lain adalah ketidaksiapan lulusan di dunia kerja, sehingga menghasilkan banyak penggangguran bergelar. 

Sebagai penutup, Direktur President School, Justin Endramukti, mengatakan bahwa motivational achievement ini sangat menginspirasi dan memotivasi para siswa untuk menjadi presiden-presiden yang sukses dan tangguh bagi Indonesia pada zamannya. Juga sangat meneguhkan dedikasi dan integritas para kepala sekolah dan guru untuk menyiapkan generasi Indonesia masuk ke zamannya sembari meningkatkan kompetensinya untuk layanan pendidikan terbaik. 

Dalam kesempatan tersebut, S.D Darmono dan Justin Endramukti juga menyampaikan piagam penghargaan TOP SCORER BEBRAS COMPUTATIONAL THINKING kepada 2 siswa SMP presiden atas nama Diero dan Owen, dan 1 siswa SMA Presiden atas nama Yoel. Juga buku Building a Ship While Sailing kepada para siswa teraktif dalam sesi diskusi. 

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya