Gunung Agung Kembali Erupsi, Ini 4 Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Gunung Agung kembali erupsi pada Kamis (4/4/2019).

oleh Novita Ayuningtyas diperbarui 05 Apr 2019, 11:00 WIB
Kondisi Gunung Agung yang mengeluarkan asap tebal di Kabupaten Karangasem, Bali (28/11). Kepulan asap tebal ini terjadi karena ada dua lubang asap vulkanis. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta Pada Kamis (4/4/2019) dini hari, Gunung Agung kembali mengeluarkan lava pijar. Erupsi yang terjadi pada Gunung Agung kali ini ialah erupsi strombolian dan merupakan erupsi yang cukup besar.

Lontaran dari batu pijar dan juga abu dari letusan ini mencapai ketinggian kurang lebih 2 km diatas puncak. Abu erupsi dari Gunung Agung kali ini memiliki intensitas yang cukup tebal. Selain itu, arah abu dari erupsi ini menuju ke barat. Erupsi strombolian Gunung Agung ini terjadi dalam durasi kurang lebih 3 menit 37 detik. Hal ini tercatat pada seismogram dengan amplitudo 25 mm.

Meski masih berada dalam level tiga dan aman, akan tetapi warga yang bermukim di radius 5 km dari puncak kawah tetap mengungsi. Hal ini dikarena zona perkiraan bahaya dari letusan bersifat dinamis dan berubah-ubah. Selain itu, Gunung Agung sendiri masih bisa mengeluarkan lava pijar kembali.


Fakta Gunung Agung

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (5/4/2019), ternyata ada beberapa fakta yang perlu kamu ketahui tentang Gunung Agung di Bali ini. Berikut ini beberapa fakta mengenai Gunung Agung.

1. Waktu pendakian dibatasi

Tak seperti gunung lainnya yang bebas untuk didaki, Gunung Agung memiliki batasan bagi para pendaki. Hal ini dikarenakan ada pura yang terdapat di kawasan Gunung Agung tersebut. Pura tersebut ialah Pura Besakih. Pura ini termasuk pura tertinggi di Bali. Karena adanya tempat ibadah bagi umat Hindu inilah yang menyebabkan waktu pendakian tak bebas. Apalagi bila ada kegiatan keagamaan pada pura tersebut otomatis akses pendakian ditutup.

2. Letusan besar di tahun 1963-1964

Gunung Agung sendiri pernah mengalami letusan besar di tahun 1963-1964. Bahkan letusan dari erupsi Gunung Agung ini merupakan salah satu letusan gunung terbesar di abad 20. Letusan dari erupsi ini terjadi mulai 18 Februari 1963 kemudian baru berhenti pada 27 januari 1964. Karena letusan yang terjadi cukup besar, bahkan suhu bumi pada waktu tersebut sempat turun hingga 0,4 derajat celcius. Hal ini dikarenakan abu besar dan juga sulfur dioksida pada letusan tersebut mencapai ke atmosfer.


Anomali termal Gunung Agung 70 Megawatt

3. Terdeteksi anomali termal

Anomali termal Gunung Agung sendiri pertama kali terdeteksi oleh satelit NASA Modis pada tahun 2017. Bahkan, anomali termal pertama Gunung Agung ini sebesar 70 Megawatt. Sebagai pembanding anomali termal yang terjadi di danau lava Nyiragongo, Kongo ini mencapai 100 megawatt. Deteksi adanya anomali termal ini bisa diakibatkan karena kabut ataupun awan di sekitar gunung.

4. Adanya gempa tektonik di sekitar Gunung Agung

Jika suatu wilayah berada dekat dengan gunung aktif, maka gempa yang tercatat seharusnya gempa vulkanik. Namun pada Juli 1989, di sekitar Gunung Agung justru tercatat adanya gempa tektonik. Bahkan gempa tersebut terjadi secara berkala sebanyak 69 kali gempa. Bukan hanya itu saja, tapi pada November 1989 tercatat pula ada 59 kali gempa tektonik dan dua gempa vulkanik pada Gunung Agung ini. Meski begitu, pada pengamatan di observatorium tidak menangkap adanya tingkatan aktivitas gunung tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya