UNICEF: Krisis Venezuela Bikin 1,1 Juta Anak Menderita

Laporan data terbaru yang disampaikan oleh UNICEF menyebutkan sekitar 1,1 juta anak-anak di Venezuela menderita akibat terdampak krisis.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 05 Apr 2019, 11:02 WIB
Puluhan ribu demonstran antipemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Sabtu (2/2). Krisis kekuasaan internal di Venezuela tengah mencapai titik terpanasnya. (AP Photo/Juan Carlos Hernandez)

Liputan6.com, Caracas - Sekitar 1,1 juta anak-anak di Venezuela menderita akibat terdampak krisis ekonomi dan politik berkepanjangan.

Laporan ini merupakan data terbaru yang disampaikan oleh UNICEF -- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak.

Dikutip dari laman New Straits Times, Jumat (5/4/2019) UNICEF juga melaporkan bahwa angka ini meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pada periode sebelumnya, angka anak yang menderita adalah 500 ribu orang.

Jumlah anak yang menderita akibat terkena dampak tersebut tidak hanya berada di Venezuela, tetapi juga bagi mereka yang selama ini menjadi pencari suaka ke sejumlah negara Latin dan Karibia.

Badan khusus untuk anak-anak tersebut juga memprediksi bahwa keadaan akan semakin diperparah di masa mendatang, apabila suhu perpolitikan di negara tersebut belum menurun.

UNICEF meminta pemerintah di wilayah tersebut untuk menjunjung tinggi hak-hak anak dan memastikan mereka memiliki akses ke layanan yang lebih penting.

Sebuah laporan internal PBB yang dilihat oleh AFP pekan lalu mengatakan tujuh juta orang -- sekitar 24 persen dari populasi Venezuela -- membutuhkan bantuan kemanusiaan, kekurangan akses untuk memperoleh makanan dan perawatan medis.

Presiden Nicolas Maduro menyalahkan sanksi AS atas masalah ekonomi Venezuela, tetapi pemimpin oposisi Juan Guaido, yang telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara, mengatakan korupsi dan salah urus pemerintah adalah penyebabnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pemimpin Oposisi Venezuela Terancam Dibui?

Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido mendapatkan tekanan dari pihak pemerintah atas tindakannya yang berusaha menggulingkan Presiden Maduro.

Ketua pengadilan Venezuela pada Senin, 1 April 2019 meminta para politisi di negaranya untuk melucuti hak imunitas yang dimiliki oleh Guaido, mengingat saat ini pimpinan oposisi itu tengah memegang jabatan sebagai ketua Majelis Nasional.

Hakim Agung Maikel Moreno mengatakan bahwa Guaido harus dituntut atas beberapa tindakannya, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera. Salah satu hal yang mencolok adalah menyebabkan protes jalanan yang mengakibatkan kekerasan. Ia juga disebut telah mengadakan tur ke negara-negara lain yang pada akhirnya mendukung adanya perubahan dalam negeri Venezuela, serta menerima aliran dana gelap dari asing.

Saat ini, kantor kepala kejaksaan Venezuela telah membuka penyelidikan atas kasus Guaido. Meski demikian, surat perintah penangkapan belum diterbitkan.

Pada hari yang sama dengan munculnya perintah pencopotan hak imunitas tersebut, Guaido menyatakan bahwa tindakan pengadilan tinggi tersebut tidak sah.

Sang ketua Majelis Nasional tetap menyerukan rakyat Venezuela untuk turun ke jalan. Ia tetap menuduh bahwa Maduro telah menggunakan pemadaman listrik terus menerus sebagai strategi politik.

Dalam sebuah kesempatan, Guaido kembali mengajak mahasiswa untuk berani beraksi di jalanan.

"Kita harus bersatu sekarang, lebih dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya," kata Guaido di universitas Caracas.

"Kita harus melakukan demonstrasi terbesar yang pernah ada untuk menolak apa yang telah terjadi." pungkasnya.

Demonstrasi tersebut disebut-sebut akan terus dilakukan hingga Maduro meninggalkan kursi kepresidenannya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya