Liputan6.com, Tel Aviv - Misi besar Israel dalam pendaratan di bulan menorehkan hasil awal. Pesawat ruang angkasa Beresheet dinyatakan sukses mengorbit pada Kamis, 4 April 2019, dengan jarak 500 kilometer dari objek.
Hal ini adalah capaian pertama setelah peluncuran dari Cape Canaveral pada 22 Februari lalu dengan roket Falcon 9 milik Space X.
"Pesawat ruang angkasa mulai mengorbit Bulan - dengan Bulan mengorbit Bumi," kata mitra utama proyek, mengutip Channel News Asia pada Jumat (5/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ekspedisi Beresheet dijadwalkan berlangsung selama tujuh minggu, dengan pendaratan diharapkan berlangsung pada 11 April mendatang.
Tidak sekedar mendarat, pesawat Israel juga memiliki misi khusus. Di antaranya adalah membantu memahami pembentukan Bulan, mengukur medan magnetnya, serta membawa kapsul berisi dokumen digital. Di dalamnya, terdapat Alkitab, gambar anak-anak, lagu dan bendera Israel, serta kenangan mereka selamat dari Holocaust.
Jika berhasil, Israel akan menjadi negara keempat setelah Rusia, AS, dan China yang mampu memijak kaki di satelit alami Bumi itu.
Misi Israel ini terjadi 50 tahun pasca-astronot pertama AS berhasil berjalan di permukaan Bulan, serta enam tahun pasca-pendaratan pesawat China Chang'e 4 pada Januari 2013 lalu.
Simak pula video pilihan berikut:
Diluncurkan Bersama Satelit Indonesia
Pesawat Baresheet yang dimaksud diluncurkan oleh roket Falcon 9 bersama dengan satelit milik Indonesia.
Dalam satu peluncuran pada 22 Februari lalu, terdapat tiga wahana antariksa yang dibawa, satu yang lain adalah milik AS.
Muatan utama roket raksasa tersebut adalah satelit komunikasi geostasioner Indonesia bernama Satelit Nusantara Satu (PSN VI). Wahana antariksa itu dibuat oleh SSL, salah satu anak perusahaan Maxar Technologies, dikutip dari situs web Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Dibekali dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS), Satelit Nusantara Satu adalah satelit canggih jenis broadband pertama Indonesia. Wahana antariksa ditempatkan oleh Falcon 9 pada posisi di atas garis khatulistiwa, tepatnya pada 146 BT dan bergerak bersamaan dengan rotasi bumi.
Satelit canggih Indonesia itu, akan berfungsi untuk telekomunikasi. Termasuk di antaranya adalah komunikasi suara, konektivitas internet, dan distribusi video.
Advertisement