Liputan6.com, Wellington - Salat Jumat di Masjid Linwood Kota Christchurch berlangsung penuh haru. Jumat, 5 April 2019 sebanyak 30 jemaat mengenang ketujuh sahabat mereka yang tewas di tempat itu.
Sebagaimana diketahui, tiga pekan sebelumnya 50 orang tewas dalam insiden penembakan dua masjid. 43 jemaah meninggal di Masjid Al Noor, dan tujuh lainnya di Linwood.
Baca Juga
Advertisement
Dalam khotbah di tempat itu, Imam Rabih Baytie memohon kedamaian dan persatuan, mengutip New Zealand Herald pada Jumat (5/4/2019).
Menurutnya Muslim dan komunitas internasional berbagi penderitaan. Ia menyerukan perlawanan terhadap Islamophobia dan ujaran kebencian.
"Musuh terbesar bagi kita adalah perceraian," kata Baytie. "Kita tidak akan berubah. Kita akan hidup dalam Islam."
Hal senada juga disampaikan oleh pemimpin Linwood yang selamat dari penembakan, Alabi Lateef Zirullah. Menurutnya, sudah tidak ada alasan untuk takut karena mereka telah didukung banyak pihak.
"Seluruh dunia dapat belajar dari Selandia Baru, cara kita semua bereaksi. Orang-orang dapat belajar dari kita untuk menghentikan semua pembunuhan ini (teror). Hal ini juga berlaku bagi mereka yang dicuci otak oleh ISIS ... yang hanya menciptakan rasa malu dan sakit," katanya.
Perlu diketahui, hampir setiap hari Masjid Linwood mendapatkan bunga, kue, voucher hingga ribuan surat penuh pesan dukungan.
Simak pula video pilihan berikut:
PM Menyeru Hentikan Ekstremisme
Sementara itu salat Jumat pekan lalu, 29 Maret 2019, berlangsung bersamaan dengan peringatan insiden penembakan masjid. Sebanyak 20.000 orang hadir di Hagley Park dari seluruh penjuru negeri untuk menghormati 50 korban tragedi nahas.
Dalam kesempatan itu Perdana Menteri Jacinda Ardern tampil dalam pidato singkat yang disiarkan televisi, bersama sejumlah pemimpin Muslim dan korban selamat. Tampak Cat Stevens, penyanyi Inggris yang masuk Islam pada 1970-an juga memeriahkan acara.
Berbicara kepada kerumunan di taman dekat masjid Al Noor, PM Ardern mengatakan Selandia Baru memiliki "tanggung jawab untuk menjadi tempat yang kita harapkan".
"Kita tidak kebal terhadap virus kebencian, ketakutan, dan lainnya. Tak akan pernah," katanya, "tetapi kita bisa menjadi bangsa yang menemukan solusi".
Arden menggambarkan bagaimana dunia telah terjebak dalam lingkaran setan ekstremisme, namun menurutnya untuk mengubah keadaan "terletak pada kemanusiaan kita".
Mengenakan jubah Maori, ia bergabung dengan puluhan perwakilan pemerintah dari seluruh dunia.
Farid Ahmed, yang selamat dari serangan itu oleh seorang pria bersenjata sayap kanan meski istrinya, Husna terbunuh, mengajukan permohonan perdamaian. Dia bilang telah memaafkan pria bersenjata itu.
"Aku tidak ingin hati yang mendidih seperti gunung berapi," katanya. "Aku ingin hati yang penuh cinta dan perhatian, dan berbelas kasihan."
Cat Stevens, yang bernama Muslim Yusuf Islam, terlihat menyanyikan lagu-lagunya Peace Train dan Don't be Shy. "Hanya ketika orang-orang baik tetap duduk, kejahatan meningkat," katanya. "Kami telah melihat yang sebaliknya di negara ini."
Shaggaf Khan, Presiden Dewan Muslim Canterbury, memuji tanggapan Negeri Kiwi terhadap penembakan di masjid Selandia Baru.
"Dari kebencian ini, berapa banyak cinta yang telah dibagikan? Dari masa kelam ini, berapa banyak cahaya yang telah menyebar?" dia bertanya kepada orang banyak.
Advertisement