Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan mengklarifikasi atas viralnya video yang memperlihatkan dirinya sedang memberikan amplop kepada KH Zubair Muntasor di Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan, Madura beberapa waktu lalu.
Luhut menjelaskan, kunjungannya ke Pondok Pesantren Nurul Cholil itu hanya sebatas untuk silahturahmi biasa. Menurutnya, silahturahmi ke pesantren menemui para kiai sudah dilakukannya sejak masih menjabat di TNI.
Advertisement
"Silaturahmi di pondok pesantren sudah biasa saya lakukan sejak menjadi Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya di Madiun Jawa Timur pada 1995. Bagi saya keberadaan pesantren telah menjadi pilar penting untuk menjaga kekokohan NKRI," ujar Luhut dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Bahkan, sambung dia, hal tersebut juga yang membuat dirinya bisa mengenal Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. "Dari kebiasaan itulah saya mulai mengenal almarhum Gus Dur yang kemudian banyak mengajari saya tentang tradisi pesantren, sejarah Islam, dan tentang Islam yang membawa kedamaian," ucapnya.
Sementara, khusus mengenai kunjungannya ke Bangkalan untuk menjenguk KH Zubair Muntasor yang didengarnya memiliki masalah kesehatan. Kata Luhut, hal ini tidak patut diceritakan ke publik secara lebih mendetail karena menyangkut privasi KH Zubair.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Maksud Beri Amplop
Luhut menegaskan, terkait amplop yang diberikan kepada kiai merupakan bisyaroh yang dimaksudkan hanya untuk pengobatan semata. Hal itu diberikan Luhut lantaran dirinya telah dijamu dan disambut baik saat silahturahmi.
"Sayapun lebih dulu diberi oleh-oleh berupa batik dan batu akik. Begitulah tradisi yang kami lakukan untuk menjaga tali silaturahmi. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit, saya menitipkan pesan agar jangan sampai ada umat atau santri yang golput pada Pemilu 2019," ungkap Luhut.
Luhut menyesalkan bahwa kunjungannya diartikan untuk jual beli suara politik. Bagi Luhut, tuduhan tersebut justru menjadi fitnah dan mencoreng nama besar kiai dan pesantrennya.
Dia pun mengimbau kepada para elite supaya mengedepankan pikiran jernih ketimbang prasangka buruk. Serta hati yang bersih daripada hati penuh kecurigaan.
"Ajaran hubungan dan jalinan silahturahmi yang sudah diajarkan turun temurun oleh para leluhur kita jangan dirusak oleh kepentingan sesaat para elite. Sebelum bertindak bertanyalah dan berdialoglah dengan hati nurani yang paling dalam untuk melakukan sesuatu yang terbaik," tandasnya.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra
Advertisement