Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai, masifnya iklan kampanye Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di media, masih menjadikan elektabilitas partai tersebut di bawah satu persen atau nol koma. Hal ini karena gagasan yang kerap disuarakan PSI untuk merangkul kelompok minor tidak menuai hasil baik.
"Program kerja PSI tidak menuai simpati masyarakat, bahkan memunculkan resistensi, khususnya pada kalangan pemilih muslim," kata Peneliti LSI Rully Akbar saat jumpa pers di Kantor LSI, Jakarta Timur, Jumat (5/4/2019).
Advertisement
Resistensi dimaksud, seperti isu penghapusan perda syariah dan isu penghapusan poligami. Padahal, mayoritas pemilih Indonesia merupakan muslim dan belum tentu 10 persen kelompok minor memilih PSI.
"PSI masuk di isu yang sangat sensitif, mempengaruhi (suara) mayoritas. Padahal tidak semua minoritas merapat ke PSI, (mereka) sudah merapat ke partai lama, seperti salah satunya PDIP," tutur Rully.
Rully menyimpulkan, PSI sebagai partai baru sebenarnya memiliki sesuatu yang berbeda dengan partai lainnya. Namun belum mampu mengangkat elektabilitas mencapai minimal ambang batas parlemen 4 persen.
"PSI belum bisa meyakinkan publik bahwa PSI bisa menjadi (alat) perubahan. Ini butuh proses, kata Rully.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Partai Nol Koma
Survei rilisan terbaru LSI menempatkan PSI bersama beberapa jajaran partai yang mendapat suara di bawah 1 persen. Survei LSI dihimpun secara nasional di 34 provinsi pada rentang 18 Maret hingga 26 Maret 2019. Metode digunakan adalah multistage random sampling.
Total responden dihimpun adalah 1.200 orang yang telah memiliki hak memilih di Pemilu 2019. Model wawancara dilakukan adalah tatap muka, dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen.
Berikut urutan elektabilitas partai nol koma dari survei terbaru LSI: Hanura 0,9 persen, Berkarya 0,7 persen, PBB 0,2 persen, PSI 0,2 persen, PKPI 0,1 persen, dan Garuda 0,1 persen.
Advertisement