Unik, Bisnis Cicak Kering Asal Cirebon Sukses Tembus Pasar China

Cicak banyak dicari lantaran menjadi bahan baku obat, khususnya ramuan obat China.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Apr 2019, 19:00 WIB
Pekerja menyusun cicak di rumah industri kawasan Cirebon, Jawa Barat, Selasa (2/4). Cicak kering ini dipercaya mampu mengobati sesak napas dan alergi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, cicak mungkin menjadi hewan yang menjijikan bahkan menakutkan. Tetapi hewan reptil yang kerap kita temui merayap di dinding ini rupanya merupakan komoditas dagang yang menjanjikan. Bahkan komoditas ini bisa menembus pasar ekspor ke China.

Peluang bisnis penjualan cicak ini yang dimanfaatkan oleh Ita Purwita, wanita berumur 23 tahun asal Cirebon, Jawa Barat. Namun cicak yang dijual ini bukan dalam keadaan hidup, melainkan yang sudah mati dan dalam keadaan kering.

Dia menjelaskan, bisnis cicak kering ini sebenarnya usaha turun temurun yang sudah dimulai oleh sang ibu sejak 16 tahun lalu. Kemudian Ita melanjutkan dan mengembangkan usaha orang tuanya tersebut.

"Awalnya dari usahanya ibu, sudah 16 tahunan. Saya baru merintis sekitar setengah tahun. Awalnya ada permintaan. Dikirim ke Surabaya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).

Menurut Ita, cicak banyak dicari lantaran menjadi bahan baku obat, khususnya ramuan obat China. Oleh sebab itu, selama ini permintaan dari Negeri Tirai Bambu tersebut cukup tinggi.

‎"Biasanya untuk obat. Itu diambil semua bagian tubuh cicak, seperti langsung digiling. Permintaan dari China. Biasa kirimnya per bulan sebanyak 1 kwintal. Harganya per kg itu Rp 250 ribu," kata dia.

 


Dapat dari Pengepul

Pekerja memperlihatkan cicak kering di rumah industri kawasan Cirebon, Jawa Barat, Selasa (2/4). Rumah industri ini mampu memproduksi 1 kuintal cicak kering dalam sebulan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ita mengaku mendapatkan cicaknya dari wilayah Cirebon dan sekitar Jawa Tengah. Sebelum dijual, cicak yang didapat dari pengepul melewati sejumlah proses agar bisa menjadi kering dan siap jual.

"Dapatnya dari wilayah Cirebon, kemudian Jawa Tengah. Itu ada pengepulnya. ‎Masih hidup kemudian kita keringkan. Kita rendam pakai sabun, nanti lama-lama mati sendiri, kemudian kita oven malam hari, paginya jemur di matahari biar lebih kering. Kemudian baru dijual," jelas dia.

Dari bisnis ini, Ita mengaku meraup omzet hingga Rp 5 juta per bulan. Dia berharap usaha yang dijalankannya terus berkembang dan bisa menjual cicaknya ke lebih banyak negara.

"Pendapatan kurang lebih Rp 5 jutaan per bulan. Harapannya semoga bisa terus berkembang," tandas dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya