Pengamat Intelijen Ini Yakin Pemilu 2019 Berlangsung Aman dan Kondusif

Pengamat intelijen ini menambahkan, suasana akan tetap aman dan kondusif karena empat alasan.

oleh Muhammad Ali diperbarui 06 Apr 2019, 15:13 WIB
Pengamat intelijen Ngasiman Djoyonegoro. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat intelijen Ngasiman Djoyonegoro menilai suasana jelang pencoblosan 17 April 2019 tetap berjalan aman dan kondusif. Hal itu menanggapi isu yang berkembang bahwa pemilu serentak 2019 akan diwarnai kericuhan.

“Suasana menjelang hari pencoblosan tetap aman dan kondusif. Hasil kajian kami, potensi adanya kericuhan sudah diantisipasi dengan sangat baik oleh aparat keamanan,” ujar Ngasiman Djoyonegoro di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).

Pria yang akrab disapa Simon ini menambahkan, suasana akan tetap aman dan kondusif karena empat alasan. Pertama, TNI, Polri, dan tokoh masyarakat kompak dan sinergi mengawal jalannya Pemilu 2019 agar tetap aman dan damai. Kedua, masyarakat Indonesia sudah makin dewasa dan sulit untuk diprovokasi.

Ketiga, penyelenggara pemilu benar-benar netral dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Keempat, kedua kontestan Pilpres 2019 sudah berkomitmen dengan bersama-sama menggelar deklarasi pemilu damai saat masa kampanye dimulai September 2018 lalu.

“Banyak indikator mengapa jalannya pemilu 2019 tetap kondusif. Selain ada komitmen dari kedua kontestan pilpres, masyarakat makin dewasa, serta penyelenggara pemilu yang on the track, sinergi TNI, Polri dan Tokoh Masyarakat menurut saya indikator paling utama yang membuat pemilu tetap aman dan damai,” jelas dia.

Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) ini menjelaskan selama ini, sejak setahun jelang pemilu 2019, TNI dan Polri terus berusaha keras mengajak dan menjaga agar suasana tetap kondusif. Itu dilakukan melalui dialog sekaligus melakukan safari ke berbagai tokoh masyarakat, mulai dari ulama, tokoh adat, pimpinan ormas dan lain sebagainya.

“Upaya sinergi TNI-Polri merangkul tokoh masyarakat untuk menciptakan suasana aman dan kondusif sangat luar biasa. Diskusi dan tukar pikiran terus dilakukan dengan berbagai tokoh masyarakat guna mewujudkan pemilu damai,” kata penulis buku Intelijen di Era Digital (2018) tersebut.

 


Jaga Akar Rumput

Kendaraan melintas di dekat papan sosialisasi Pemilu 2019 di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (3/4). KPU terus menyosialisasikan kepada masyarakat agar menggunakan hak pilihanya pada Pemilu 2019. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pasalnya, menurut Simon, TNI, Polri, dan tokoh masyarakat memiliki tugas pokok masing-masing. Jika TNI punya tugas menjaga pertahanan dan kedaulatan negara, serta Polri punya tugas menjaga keamanan negara, maka tokoh masyarakat punya tugas menjaga masyarakat akar rumput.

“Sinergi ketiganya tentu sangat penting mengingat ancaman yang muncul sekarang tidak hanya berbentuk fisik, namun juga dalam bentuk abstrak, seperti ujaran kebencian, hoaks, dll,” terangnya.

Simon berpandangan bahwa di era post-truth saat ini, sebuah kebohongan sudah makin samar. Era ini ditandai dengan iklim yang menempatkan emosi dan hasrat lebih menonjol ketimbang objektivitas dan rasionalitas. Untuk itu, para tokoh ini diharapkan dapat menebarkan hal-hal positif yang menginspirasi anak bangsa. Bukan malah sebaliknya.

"Intinya kita semua punya kewajiban menjaga suasana tetap aman dan kondustif," tutur Simon.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya