Stok Berlebih, Harga Daging Ayam Bakal Stabil saat Ramadan?

Stok ayam berlebih justru berdampak pada harga jual ayam yang menurun.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 06 Apr 2019, 20:30 WIB
Pedagang tengah menjual ayam kampung di Jakarta, Selasa (12/6). Para pedagang ayam musiman tersebut menjual ayam dengan kisaran harga 100 ribu hingga 250 ribu untuk kebutuhan ayam potong lebaran. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) memperkirakan harga pokok penjualan (HPP) ayam potong stabil selama bulan suci Ramadan. Sebab, stok ayam yang ada di rumah potong saat ini tercukupi hingga dua bulan mendatang. Dengan begitu, harga pokok penjualan (HPP) ayam potong pun diprediksi normal.

Sekretaris Jendera GOPAN, Sugeng Wahyudi, mengatakan bahwa stok ayam hingga bulan Ramadan dipastikan berlebih. Saat ini stok ayam di rumah potong rata-rata mencapai 63 juta per bulan. Sedangkan kebutuhan konsumsi daging secara nasional hanya berkisar 58 juta sampai 60 juta per bulan.

"Stok daging ayam untuk bulan Ramadan tidak kurang, malah berlebih," kata Sugeng seperti dikutip Sabtu (6/4/2019).

Kendati ada kenaikan, namun tidak akan separah pada tahun sebelumnya dimana harga daging ayam di pasaran bisa mencapai Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu.

"Kalau ada kenaikan harga pada Ramadan kali ini dianggap masih stabil. Ya naik sedikit wajar, untuk menutupi kerugian," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Sugeng, stok ayam berlebih justru berdampak pada harga jual ayam yang menurun untuk saat ini. Karena itu, ia meminta pemerintah agar memperhatikan para peternak, baik itu peternak rakyat maupun mandiri.

Sebab, dengan adanya Permendag Nomor 96/2018 dinilai belum efektif. Banyak peternak ayam yang kerap mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. Dari 63 juta ayam potong, sekitar 20 persen dikuasai oleh peternak rakyat.

"Karenanya kami siap bersinergi dengan pemerintah untuk menstabilkan harga ayam potong," ujarnya.

Menurut Sugeng yang juga juru bicara dari Peternak Rakyat dan Peternak Mandiri (PRPM) ini, kerugian ini sudah dialami oleh peternak sejak Januari sampai Maret 2019. Para pertenak mengalami kerugian sekitar Rp 4.000 per kg sampai Rp 5.000 per kg.

Saat ini, harga produksi atau modal ayam potong antara Rp 18.300 per kg sampai Rp 19.300 per kg, sedangkan saat dijual hanya berkisar Rp 14 ribu per kg.

"Ini jadi problem besar untuk para peternak. Jika hal ini terus menerus, para peternak rakyat banyak yang akan gulung tikar," ucapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Harga di Pasar Mahal

Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski harga jual ayam di produsen mengalami penurunan namun harga ayam di pasaran malah mahal dan bisa mencapai Rp 32 ribu. Menurut Sugeng hal ini terjadi lantaran surat edaran Permendag Nomor 96/2018 tidak berjalan.

Dalam Permendag ditetapkan sebesar Rp 20 ribu per kg untuk batas bawah dan Rp 22 ribu per kg untuk tarif batas atas. Namun kondisi saat ini, harga pembelian yang diterima peternak hanya Rp 14 ribu per kg.

"Sedangkan penjualan di konsumen mencapai Rp 36 ribu per kg. Selisih harganya sangat jauhkan. Kami mau surat edaran dari kemendag itu harus ditegakkan," ungkapnya.

Ketika ditanya terkait dinamika politik jelang Pemilu serentak pada 17 April nanti, Sugeng menyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengusaha ternak.

"Karena kami para pengusaha tidak berpolitik. Persoalan siapa yang jadi presiden nanti, kami tetap mendukung hasil pemilu," ucapnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya