Liputan6.com, Pyongyang - Korean Central Television (KCTV), lembaga penyiaran pemerintah Korea Utara, terus bereksperimen dengan perangkat modern, tampilan dan konten siaran baru --yang disebut oleh pengamat sebagai sebuah strategi untuk meremajakan televisi nasional mereka demi kepentingan propaganda negara.
Korea Utara meluncurkan studio teknologi tinggi, dilengkapi dengan ruang kontrol digital, sistem pencahayaan canggih dan teleprompter pada September 2018 lalu, catat ABC News.
Dan, peremajaan itu mulai terlihat dalam jam tayang malam reguler sejak awal 2019 ini, catat ABC News dan BBC Monitoring yang dikutip pada Minggu (5/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Salah satu contoh adalah siaran 'berita' 12 menit yang mengudara pukul 20.00 waktu lokal, Kamis 28 Maret 2019.
Siaran dimulai dengan cerita utama hari itu, termasuk kunjungan 'yang mulia' Pemimpin Kim Jong-un ke rumah sakit gigi. Berita itu dibacakan dengan intonasi keras oleh seorang presenter laki-laki, bergaya 'authoritarian' Korea Utara.
Tapi kemudian seorang presenter perempuan dengan tampilan segar, mengenakan setelan krem bergaya Barat, muncul di depan layar kaca, menghadap ruang kendali siaran berteknologi tinggi, diikuti oleh grafik 3D, ketika ia membacakan berita bahwa pabrik-pabrik di Pyongyang berusaha untuk memenuhi tujuan tahun baru nasional mereka.
Paket siaran tersebut juga menampilkan foto udara dari pabrik selimut sutra dan pabrik kosmetik - baik di dalam maupun di luar fasilitas - ketika grafik tambahan menunjukkan poin data dari perbaikan "bersejarah".
"Hanya 50 produk dari 30 jenis yang diproduksi sebelum negara memodernisasi fasilitas pabrik. Setelah pembaruan dan pengembangan produk, pabrik telah maju untuk menghasilkan lebih dari 300 produk dari 110 varietas," presenter perempuan itu membaca dengan bangga.
Ketika si presenter membacakan berita dengan mengalir, shot video dan gambar tentang popularitas merek kosmetik Korea Utara yang ditayangkan dengan transisi time-lapse ala siaran media baru (new media), mengisi sela pemberitaan.
Lebih Hype?
Program-program KCTV juga mulai mencakup lebih banyak pelaporan lapangan dan pelibatan reporter dalam pemberitaan.
Sebelumnya, program-program Korea Utara hanya diproduksi dengan menggunakan voice-over dan reporter jarang muncul di depan kamera selama suatu segmen.
Bahkan jika mereka melakukannya, kehadiran mereka kaku dan khas 'authoritarian': mereka tidak tersenyum dan mengenakan pakaian berwarna gelap atau gaun hanbok tradisional.
Video-video itu sendiri diambil secara konvensional, dengan sedikit pergerakan kamera. Demikian juga, gaya pengeditan menampilkan potongan sederhana dengan efek minimal.
Tetapi program baru-baru ini menunjukkan wartawan berbicara dengan nada santai dan percakapan sambil mengenakan pakaian modern berwarna cerah.
Kamera mengikuti saat mereka berjalan dan berbicara, dan mereka menggunakan lebih banyak gerakan tangan dan ekspresi wajah daripada sebelumnya. Seorang reporter perempuan KCTV baru-baru ini mengenakan setelan rok dan stiletto hijau neon untuk segmennya.
Dalam program budaya baru-baru ini, presenter berwajah riang memperkenalkan cara untuk tetap sehat. Ia, dengan bangganya, mengambil apel dari layar virtual untuk menekankan isi informasi yang disampaikan.
Dari sisi pengeditan, program-program Korea Utara sekarang menampilkan segmen tanya-jawab yang menunjukkan baik reporter maupun yang diwawancarai dalam "two-shot" tradisional. Wartawan mengajukan pertanyaan mereka di depan kamera dan bahkan bereaksi terhadap jawaban subyek mereka dengan kejutan, keraguan, atau pujian.
Pemirsa juga melihat dari balik layar bagaimana program dibuat. Sebuah film dokumenter baru-baru ini yang berjudul "The Best Cold Noodle Taste" termasuk klip panjang kru televisi yang masuk dan keluar dari van mereka di lokasi yang berbeda, tampaknya berupaya untuk menunjukkan nuansa pelaporan di lapangan.
Ada pula beberapa adegan di mana reporter mengobrol dengan penduduk setempat yang direkam menggunakan kamera drone.
Simak video pilihan berikut:
Make Over Konten
Sebelumnya, sebagian besar program KCTV berfokus pada pencapaian oleh para pemimpin hebat atau penggambaran loyalitas komunis.
Kini, semua itu perlahan berubah, dengan perubahan yang paling mencolok adalah bahwa lebih banyak cerita berfokus pada orang daripada ideologi.
Baru-baru ini, dorongan negara komunis untuk modernisasi - dipimpin oleh seorang pemimpin muda berusia 30-an - juga telah menghasilkan berbagai program siaran yang tampaknya telah meniru gaya agak Barat.
Perubahan itu mungkin juga ada kaitannya dengan fakta bahwa pemirsa Korea Utara menjadi lebih paham, semakin terbuka terhadap informasi dari dunia luar, termasuk program TV dari Korea Selatan.
"Televisi Korea Utara berubah untuk mengikuti tren global ... Kita dapat mengatakan bahwa perubahan arah telah tercermin pada produksi program (siaran)," Kang Dong Wan, seorang pakar budaya Korea Utara yang mengajar di Universitas Dong-A di Korea Selatan, mengatakan kepada ABC News.
"Tapi tema utama di TV Korea Utara adalah untuk menjaga identitas nasional mereka sambil mengikuti tren baru."
Tren-tren itu termasuk fitur perempuan di pabrik kosmetik, siswa memamerkan ponsel baru dan staf di restoran pizza.
Orang-orang yang diwawancarai masih mengungkapkan rasa terima kasih tak terkira untuk 'kamerad' Kim Jong-un dan arahannya atas negara mereka - tetapi sekarang, setidaknya, pesan seperti itu tampaknya datang dari warga negara biasa.
Advertisement
Kata Pengamat
Pengamat menilai make-over itu sebagai penggambaran yang menekankan visi Kim Jong-un menuju Korea Utara yang "modern, nasional, dan meningkatkan kualitas."
"KCTV harus ditekan untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi media baru untuk memenuhi permintaan peningkatan ilmiah dan teknologi di seluruh masyarakat Korea Utara," kata Philo Kim, seorang profesor di Institute for Peace and Unification Studies, Seoul, Korea Selatan.
"Tidak hanya sistem penyiaran, tetapi juga bagian lain dari masyarakat, seperti sekolah dan pabrik, menghadapi tuntutan untuk reformasi teknologi."
Komentar serupa juga datang dari Lee Ju-cheol, yang telah melakukan banyak penelitian di televisi negara bagian Korea Utara dan sekarang bekerja di Pusat Pertukaran dan Kerjasama Antar-Korea yang dikelola Korea Broadcasting System (KBS) badan penyiaran negara Korea Selatan.
"Jelas, orang yang bekerja dalam sistem penyiaran negara mereka pasti memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyaksikan program televisi Barat," kata Lee kepada ABC News.
"Upaya untuk membuat program mereka tampak kurang dipaksakan dan lebih spontan terbayar."
Eksperimen baru dalam bercerita dan memberitakan ini kemungkinan akan terus berlanjut, tetapi KCTV "tidak diragukan lagi akan tetap menjadi alat penting untuk propaganda oleh kepemimpinan," kata Lee.