Menpora Bagikan Kenangan dengan Sang Ayah di Peluncuran Kemah Budaya Kaum Muda

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi datang ke Peluncuran Kemah Budaya Kaum Muda di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (6/4/2019)

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Apr 2019, 12:52 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi datang ke Peluncuran Kemah Budaya Kaum Muda di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (6/4/2019)

Liputan6.com, Yogyakarta - S Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi datang ke Peluncuran Kemah Budaya Kaum Muda di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (6/4/2019). Peluncuran yang dilakukan lewat acara perbincangan bertajuk Future Is Here ini diinisiasi oleh Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf.

Imam bercerita ketika masih duduk di bangku kelas IV SD pernah diajak sang ayah ke sawah dan membawa tunas kelapa. Mereka menanam tunas tersebut di tepi sawah. Ia ingat betul kalimat yang dilontarkan ayahnya ketika itu.

"Tunas ini bukan untuk saya, bukan untuk kamu atau mungkin juga bukan untuk anak kamu, tetapi tunas ini sengaja ditanam untuk masa depan," ujar Imam menirukan ucapan ayahnya.

Menurut dia, hal itu relevan jika dikaitkan dengan keberadaan bangsa Indonesia sekarang. Apa yang ditanam oleh para pendiri bangsa , sedang dinikmati bersama-sama saat ini.

Sejauh ini, belum pernah ada lagi sumpah yang merekatkan para pemuda sejak 1928. Momentum Sumpah Pemuda itu yang masih menjadi pedoman di masa kini.

Ia juga menekankan pentingnya bersyukur dan berbahagia menjadi bagian dari Indonesia. Imam yang sempat bersepeda keliling Yogyakarta sebelum hadir di acara ini menuturkan negara ini membebaskan para pemudanya untuk berkumpul.

Ia membandingkan kondisi Indonesia dengan Arab Saudi.

"Orang-orang berkumpul di sana tidak sebebas kita, bisa dibubarkan," tutur Imam.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tantangan Revolusi Industri 4.0

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi datang ke Peluncuran Kemah Budaya Kaum Muda di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sabtu (6/4/2019)

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam Revolusi Industri 4.0 adalah menyeimbangkan jumlah tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja.

"Profesi datang dan hilang mengikuti perkembangan zaman, tetapi yang tidak pernah hilang adalah kreativitas," ucapnya.

Ia tidak menampik, pelaku usaha di bidang sandang dan pangan sudah ada sejak dulu. Namun, keberadaan mereka tidak terakselerasi sehingga bisa menimbulkan ketimpangan.

Ia mencontohkan, ada penyanyi berbakat yang bisa menghasilkan pendapatan banyak, akan tetapi belum tentu dengan si pencipta lagu. Di bidang musik, Bekraf sedang menginisiasi sebuah aplikasi yang memungkinkan pencipta lagu untuk mendaftarkan karyanya dan secara otomatis mencatat intensitas lagu itu dibawakan, termasuk oleh orang-orang yang tidak ditemui secara langsung.

Triawan menuturkan perbaikan ekosistem ekonomi kreatif juga bisa lewat kebijakan. Industri film Indonesia, misalnya, yang sejak 2016 sudah dihapus dari daftar negatif investasi dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri film yang mengakibatkan pihak asing dapat berinvestasi di industri film pada sektor produksi, pertunjukan, maupun distribusi.

Hasil dari kebijakan ini adalah pertumbuhan bioskop dan jumlah penonton di Indonesia. Pada 2015 terdapat 209 bioskop dengan 1.111 layar dan 16 juta penonton. Jumlah ini meningkat pada 2018 menjadi 367 bioskop dengan 2.000 layar, dan 50,2 juta penonton.

"Kami menargetkan pada 2027 terdapat 1.300 bioskop dengan 7.500 layar," ucapnya.

Pertumbuhan bioskop tanah air juga diikuti perkembangan film dalam negeri. Saat ini, share film Indonesia di bioskop sebesar 60 persen. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya