Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin masih ingat tentang penyelamatan 12 anak dan seorang pelatih yang tergabung dalam klub sepak bola dari sebuah gua di Thailand. Laporan terbaru diungkap untuk memberitahu publik mengenai perawatan yang mereka dapatkan setelah bebas dari tempat itu.
Dalam sebuah laporan singkat yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine edisi 3 April 2019, para korban segera diangkut ke rumah sakit dengan helikopter dan ambulans. Ketika para petugas medis melihat anak-anak itu dalam gua, mereka dibius dengan ketamin tertidur selama misi penyelamatan.
Advertisement
Pakaian yang tidak cocok untuk udara dan air dingin membuat kondisi tubuh para korban rentan terkena hipotermia. Penulis studi, Maj. Dr. Chanrit Lawthaweesawat, wakil sekretaris jenderal Medical Association of Thailand mengatakan, anak laki-laki ini juga kehilangan berat badan karena kelaparan untuk waktu yang lama.
Melansir Live Science pada Senin (8/4/2019), setelah diselamatkan, para pasien diberikan masker oksigen serta kacamata hitam untuk melindungi mata mereka. Laporan tersebut menyebutkan bahwa mereka tidak melihat sinar matahari selama beberapa minggu.
Suhu tubuh anak-anak dan pelatihnya juga diawasi dengan teratur. Mereka mendapatkan selimut untuk menghangatkan tubuh.
Simak juga video menarik berikut ini:
Pencegahan Hipotermia
Respon cepat dari tim medis ini berhasil menyelamatkan nyawa para korban. Meskipun begitu, ada satu dari empat anak yang diselamatkan di hari pertama, menderita hipoterima. Ketika tiba di Chiangrai Prachanukroh Hospital, suhunya mencapai 34,8 derajat Celsius.
Tim dokter juga mengembangkan apa yang disebut Thailand Cave Rescue Protocol untuk berfokus pada masalah yang paling kritis. Khususnya yang berisiko pada pernapasan serta hipotermia. Mereka juga menyebut protokol it sebagai "ABC+H" yang merupakan singkatan dari "Airway, Breathing, Circulation and Hypothermia" atau "Saluran napas, pernapasan, Sirkulasi, dan Hipotermia."
"Kedengarannya mereka mengambil langkah yang baik untuk mencegah hipotermia sebaik mungkin," kata Dr. Aaron Billin dari Wilderness Medical Society yang tidak termasuk dalam penyelamatan itu.
Beberapa langka lain untuk mencegah hipotermia termasuk penggunaan selimut berpemanas serta infus saline hangat dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Advertisement
Lebih dari 100 Orang Terlibat Misi Penyelamatan
Dikutip dari CNN, pada 23 Juni 2018, tim sepak bola ini memasuki gua dengan niat melakukan latihan. Namun, mereka terjebak banjir dan terperangkap di dalam tempat hingga tiga minggu.
Tim penyelamat segera datang setelah mendapatkan kabar hilangnya anak-anak dan pelatihnya tersebut. Para penyelam yang terlbat menggambarkan bahwa kondisi saat misi itu merupakan kondisi paling ekstrem yang pernah mereka hadapi. Air yang gelap dan berlumpur membuatnya hampir mustahil untuk melihat melalui saluran gua yang sempit.
"Kami harus tetap fokus. Kami juga harus membahas bagaimana kami bisa keluar," kata pelatih tim yang juga korban, Ekapol Chantawong beberapa waktu lalu.
Penanganan medis para korban membutuhkan hingga lebih dari 50 sampai 60 dokter serta lebih dari 100 petugas kesehatan. Upaya ini membuahkan hasil setelah anak-anak dan pelatihnya selamat.
"Ini luar biasa," kata Christopher Pearson, salah seorang sukarelawan dalam misi tersebut pada CNN September lalu.
"Aku bersama salah seorang penyelam dan kutepuk pundaknya lalu mengatakan, 'Mereka ada di sana karena Anda.'"