Unik, Cuma di Negara Ini Orang-Orang Protes Karena Diberi Libur 10 Hari

Libur identik dengan kata menyenangkan, sebab salah satu tujuan dari orang-orang memerlukan libur adalah untuk mengembalikan semangat yang mulai terkikis rutinitas.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 08 Apr 2019, 12:05 WIB
Ilustrasi Liburan (sumber: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Libur identik dengan kata menyenangkan, sebab salah satu tujuan dari orang-orang memerlukan libur adalah untuk mengembalikan semangat yang mulai terkikis rutinitas. Biasanya untuk menghabiskan waktu libur tidak sedikit orang memanfaatkannya dengan pergi bersama orang yang disayang, seperti keluarga, teman dekat, atau bahkan pasangan.

Kebanyakan orang pasti akan senang jika diberi waktu libur yang panjang. Apalagi jika diberi waktu libur selama 10 hari, pasti kamu sudah buru-buru liburan.

Tapi siapa sangka ada satu negara yang warganya tidak suka diberi libur panjang. Jepang, negara ini sangat terkenal dengan orang-orangnya yang displin. Selain itu ternyata orang-orang Jepang juga tidak suka libur panjang.

Belum lama ini pemerintah Jepang memberikan liburan ekstra untuk memperingati penobatan kaisar baru Negeri Sakura tersebut. Tapi uniknya langkah pemerintah tersebut justru mendapatkan reaksi yang berbeda dari warganya.


Respon Unik Warga Jepang Karena Libur Panjang

Saat pengumuman libur diumumkan oleh pemerintah sebagian besar warga Jepang justru merasa khawatir. Pemerintah memberikan libur kepada seluruh karyawan kantor dan anak sekolah selama 10 hari. Karena sangat terkenal dengan orang-orangnya yang bekerja keras dan disiplin, mereka justru berpikir libur panjang justru akan berdampak negatif.

Warga Jepang khawatir jika libur terlalu lama akan berdampak negatif untuk bisnis dan perekonomian. Dan sebagian orang khawatir karena seluruh siswa di Jepang libur mereka akan kurang kegiatan dan menggunakan waktu untuk hal yang tidak efektif. Seperti yang kita tahu orang-orang Jepang sangat menghargai waktu.

Dalam sebuah survey lokal menemukan bahwa 45% responden "merasa tidak bahagia" tentang liburan panjang itu, dibandingkan dengan 35% yang mengatakan mereka "merasa bahagia." Seperti yang Liputan6.com lansir dari The Guardians, Senin (8/4/2019).


Hari Libur di Jepang

Putra Mahkota Naruhito akan naik takhta pada 1 Mei 2019, menggantikan Kaisar Akihito dan mengantar era kekaisaran baru yang dikenal sebagai era Reiwa. Tahun lalu, anggota parlemen Jepang menyetujui RUU yang menetapkan 30 April, 1 Mei dan 2 Mei sebagai hari libur nasional untuk menandai hari penobatan Putra Mahkota Naruhito.

Sejak 29 April, Hari Showa, sudah merupakan hari libur umum, dan 3 hingga 6 Mei adalah masa liburan tradisional "Minggu Emas" di negara itu. Hari libur ‘Minggu Emas’ mencakup Hari Peringatan Konstitusi, yang disebut Hari Libur Warga dan Hari Anak-Anak. Itu artinya para pekerja berada dalam masa istirahat 10 hari, termasuk akhir pekan.

Tetapi perpanjangan waktu liburan membuat banyak orang di sektor keuangan khawatir tentang kemungkinan gangguan pasar dan meningkatnya volatilitas saham dan mata uang yang mungkin terjadi. Seorang pedagang mengatakan bahwa "mengerikan" jika perusahaan tidak akan dapat berdagang selama enam hari kerja.


Kekhawatiran Warga Jepang Tentang Libur Panjang

Sementara itu, pekerja kontrak, yang dibayar per jam atau hari, mengatakan mereka takut akan kehilangan pendapatan. Para orangtua juga cemas bahwa mereka tidak bisa membuat anak-anak mereka sibuk, dan takut anak-anak menyia-nyiakan waktu mereka.

Namun, hal ini bukan sepenuhnya menjadi malapetakan bagi negara Jepang. Di tengah kekhawatiran ini, industri perjalanan melihat peningkatan signifikan dalam pemesanan untuk perjalanan ke luar negeri, menandakan bahwa beberapa orang Jepang, setidaknya, ingin mengambil keuntungan dari libur panjang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya