Liputan6.com, Jakarta - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) merilis kinerja keuangan pada 2018. Perseroan mencatatkan kinerja pendapatan naik tetapi membukukan rugi.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Senin (8/4/2019), perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 51,30 juta pada 2018. Sebelumnya pada 2017, perseroan membukukan untung USD 127,09 juta.
PT Medco Energi Internasional Tbk mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 34,59 persen pada 2018. Pendapatan naik menjadi USD 1,21 miliar pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 905,11 juta.
Baca Juga
Advertisement
Kontribusi pendapatan dari pertumbuhan penjualan minyak dan gas tumbuh menjadi USD 980,15 juta pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 834,61 juta.
Penjualan tenaga listrik dan jasa terkait lainnya naik 249,41 persen dari USD 67,50 juta pada 2017 menjadi USD 235,85 juta pada 2018.
Akan tetapi, pendapatan dari jasa turun menjadi USD 2,24 juta dari 2017 sebesar USD 2,99 juta.
Beban pokok penjualan dan biaya langsung lainnya naik 19,70 persen dari USD 489,60 juta pada 2017 menjadi USD 586,07 juta pada 2018.
Laba kotor naik menjadi USD 632,17 juta pada 2018 dari periode 2017 sebesar USD 415,50 juta.
Selain itu, perseroan membukukan kenaikan 8,69 persen dari USD 147,80 juta pada 2017 menjadi USD 160,66 juta pada 2018.
Beban pendapatan naik 34,45 persen menjadi USD 188,99 juta pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 140,56 juta.
Perseroan juga alami kerugian atas dilusi investasi jangka panjang sebesar USD 10,07 juta dan bagian atas entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar USD 66,74 juta.
Total liabilitas naik menjadi USD 3,86 miliar pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 3,75 miliar.
Aset PT Medco Energi Internasional Tbk naik menjadi USD 5,25 miliar pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 516 miliar. Perseroan kantongi kas USD 41805 juta pada 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Minati Blok Corridor, Medco Tunggu Lelang Terbuka
Sebelumnya, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menunggu lelang terbuka dari pemerintah, untuk ikut lelang sebagai pengelolaan Blok Corridor, setelah kontrak ConocoPhillips mengelola blok tersebut habis pada 2023.
Direktur Utama Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan minat untuk mengelola Blok Corridor kepada pemerintah. Akan tetapi, untuk mengajukan proposal resmi masih menunggu tender terbuka.
"Kita ajukan proposal resmi hanya kalau tender dibuka. Kalau enggak dibuka ya kita enggak bisa. Kalau menyampaikan minat ya kita menyampaikan minat untuk berkompetisi," kata Hilmi, di Jakarta, Selasa 2 April 2019.
Hilmi menuturkan, Blok Corridor diperioritaskan untuk operator yang saat ini, kemudian PT Pertamina (Persero). Jika keduanya tidak ada yang memenangkan baru akan ditenderkan secara terbuka, dalam kesempatan tersebut Medco akan mengikutinya.
"Saya sudah bilang itu pasti prioritas ke operator existing, setelah itu Pertamina. Kalau misalnya mereka berikan penawaran yang pemerintah nggak terima lalu pemerintah tenderkan ya mungkin kita ikut," tutur dia.
Blok Corridor yang saat ini dikelola oleh Conoco Philips kontraknya akan berakhir 19 Desember 2023 nanti. Conoco Philips memiliki hak kelola 54 persen dan menjadi operator. Sedangkan PT Pertamina memiliki hak kelola sebesar 10 persen dan Repsol Energy sebesar 36 persen.
Mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), selama semester I 2018 produksi gas siap jual (lifting) Blok Corridor mencapai 841 juta kaki kubik per hari (mmscfd), dari target 810 mmscfd. Namun, hingga akhir tahun produksi diprediksi hanya mencapai 798 mmscfd.
Advertisement
Medco Siap Penuhi Target Produksi Migas Rimau
Sebelumnya, PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) berkomitmen memenuhi target produksi, setelah ditunjuk kembali menjadi kontraktor Wilayah Kerja (WK) Rimau di Sumatera Selatan selama 20 tahun, Kontrak tetrsebut berlaku efektif dari 2023 sampai 2043.
Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, Medco E&P akan terus berkomitmen untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan pemerintah.
Perusahaan juga telah mampu menahan laju penurunan alamiah sumur-sumur di Wilayah Kerja Rimau melalui berbagai inovasi, dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja dan lindung lingkungan.
“Medco E&P berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pemerintah," kata Ronald, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis 14 Februari 2019.
Penunjukan kembali Medco mengelola Blok Rimau oleh pemerintah, membuktikan perusahaan mampu mengelola wilayah kerja Rimau secara optimal sehingga dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah.
"Juga industri dan masyarakat untuk pemenuhan energi domestik serta melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi," ujar Ronald.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, kontrak bagi hasil WK Rimau ini akan berlaku untuk 20 tahun, efektif sejak 23 April 2023. Dalam mengelola blok migas tersebut, Medco memiliki porsi sebesar 95 persen dan perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi sebesar 5 persen.
"kontrak bagi hasil gross split wilayah kerja Rimau, dengan kontrak 20 tahun," tuturnya.
Djoko mengungkapkan, perkiraan nilai investasi dari pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti (KKP) 5 tahun pertama sebesar USD 41,3 juta dan bonus tanda tangan sebesar USD4 juta. Partisipasi Interes yang dimiliki oleh PT Medco E&P Rimau termasuk Partisipasi Interes 5 persen yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha Milik Daerah sehingga Partisipasi Interest BUMD menjadi 10 persen.
"Termasuk partisipasi interes yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi yang merupakan BUMD Sumatera Selatan dengan mengacu pada Permen ESDM No 37 Tahun 2016," tandasnya.