Raja Terkaya Ini Naik Haji Sambil Bagi-Bagi Emas, Hasilnya?

Sultan dari Mali ini terkenal dermawan berbagi emas. Sayang, hasilnya tak sesuai harapan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Apr 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Liputan6.com, Kairo - Raja terkaya di dunia disebut berasal dari Afrika. Bak kisah Kerajaan Wakanda yang memiliki sumber daya logam langka yang melimpah, Raja Mansa Munsa diberkahi negeri penuh emas sampai kekayaannya tak bisa dihitung manusia.

Menurut Business Insider, Mansa Musa adalah sultan dari Kekaisaran Mali di barat benua Afrika. Ia lahir pada abad ke-13 masehi. "Mansa" sendiri adalah gelar yang bisa berarti Sultan atau Kaisar.

Dalam catatan sejarah Brittanica, Mansa Musa terkenal karena melaksanakan ibadah haji dengan membawa 60 ribu orang rombongan, termasuk 12 ribu budak, yang semuanya memakai brokat dan sutra Persia.

Sang sultan diiringi oleh 500 budak yang membawa tongkat emas. Termasuk dibawah oleh rombongan adalah 80 unta yang masing-masing mengangkut hingga 136 kilogram emas.

Tidak hanya mewah dari segi pakaian, kepribadian sang sultan pun tidak kalah berkilau. Sepanjang perjalanan ke Tanah Suci ia kerap membagikan makanan lezat ke rombongan, dan ketika tiba di Mesir, ia dengan dermawan menyumbang dan membelanjakan emas yang ia bawa.

Menurut BBC, ia menetap di Kairo selama tiga bulan. Hasilnya, justru membawa krisis ekonomi di negeri tersebut selama 10 tahun ke depan.

Bagaimana bisa kemilau emas justru menjadi sumber krisis? Berikut ceritanya.


Kemilau yang Menjadi Krisis

Seorang pria menunggang unta dengan latar belakang piramida Khafre yang berada di dataran tinggi Giza di pinggiran barat daya ibukota Kairo, Mesir (6/12). (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Menurut smartasset, sang sultan memberi sedekah besar-besaran pada pengemis, membayar lebih di bazar, sampai memberi tip dengan debu emas. Ia juga memberi donasi formal dalam emas sebesar 566 kilogram kepada tiga kota: Kairo, Mekah, dan Madinah.

Menghadapi kedermawanan itu, hukum ekonomi pun terus berlaku seperti biasa. Dan yang terjadi justru hiperinflasi karena banyaknya emas yang beredar.

Alhasil, ekonomi ketiga kota yang mendapatkan emas malah merosot pesat. Itu terjadi selama lebih dari 10 tahun.

"Musa menyebabkan setidaknya 32.205 kilogram emas menjadi tidak bernilai dengan cara memberikannya ke lingkungan yang menganggap komoditas itu langka dan bernilai," tulis smartasset.

Berdasarkan kalkulasi smartasset, perjalanan Musa membuat devaluasi emas hingga mencapai USD 1,5 miliar atau Rp 21,2 triliun (USD 1 = Rp 14.183).

Mansa Musa dinilai tidak terlalu memerdulikan harta dan memiliki fokus pada pembangunan di kota Timbuktu yang memiliki peran dalam sejarah Mali. Universitas Sankore pun mengalami kemajuan luar biasa pesat di bawah pemerintah Mansa Musa.


Terkaya dalam Sejarah

Lembar 6 dari 12. Detail menunjukkan Mansa Musa duduk di atas takhta dan memegang koin emas. (Public Domain)

Siapa tak mengenal Jeff Bezos? Pendiri Amazon ini merupakan orang terkaya dunia versi Majalah Forbes pada 2019. Dengan perkiraan total kekayaan mencapai USD 131 miliar, dia merupakan orang paling tajir di dunia dalam sejarah modern.

Namun begitu, bukan berarti Jeff Bezos adalah manusia paling kaya sepanjang masa.

"Melihat catat kontemporer tentang kekayaan Musa itu sangat mencengangkan, sehingga hampir tidak mungkin untuk menghitung betapa kaya dan besar dia sebenarnya," ucap Profesor Sejarah Universitas California, Rudolph Butch Ware, seperti dikutip BBC.

Adapun pada 2012 lalu, situs Celebrity Net Worth sempat memperkirakan kekayaan Mansa Musa mencapai sekitar USD 400 miliar. Pernyataan itu dibantah para pakar sejarah ekonomi, yang menyetujui bahwa kepemilikan hartanya mustahil ditakar dengan jumlah angka.

Lantas, siapa sebenarnya Mansa Musa ini?

Mansa Musa pada zamannya merupakan sosok fenomenal. Penguasa Mali ini punya kendali penuh atas produksi emas paling murni yang paling diincar orang-orang kala itu.

Dia terlahir pada 1280 sebagai anggota dari keluarga Kerajaan Mali. Dia naik tahta sebagai raja pasca kerajaan ditinggal oleh kakaknya Mansa Abu-Bakr yang memutuskan untuk melakukan ekspedisi menyeberangi lautan bersama ribuan orang lainnya.

Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Mali berkembang pesat dengan mencaplok sebanyak 24 kota, termasuk Timbuktu. Kerajaan ini terbentang sejauh 2.000 mil dan berdiri di atas negara-negara modern seperti Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea, sampai Pantai Gading.

Kekuasaan sebesar itu lantas menghadirkan banyak kekayaan alam juga seperti emas dan garam. Merujuk catatan British Museum, hampir setengah dari produksi emas dunia pada saat itu dimiliki oleh Kerajaan Mali dibawah rezim Mansa Musa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya